Kata Mutiara

 "Sesungguhnya jika kita berbuat kebaikan, Kita BUKAN hanya sedang membantu orang atau mahkluk lain, Namun sesungguhnya kita sedang membantu diri kita sendiri agar menjadi lebih bahagia. Temukan kebahagiaan dengan memberi ", bila hati gembira segala penyakit akan berdiri jauh dari kita.

Minggu, 15 Agustus 2010

Kekuatan Istighfar

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

Tergerak jari untuk menulis apa yang ada di dalam hati. Bersyukurlah ketika hati itu masih mampu tersentuh dengan kisah-kisah Rasulullah, Para Sahabat dan Para Tabi'in.

Di sebuah masjid, dekat dari kantor saya, saat itu ba'da shalat magrib dan seorang laki-laki maju ke hadapan hadirin untuk menyampaikan sesuatu. Semula saya merasa tak acuh saja dengan laki-laki tersebut, karena memang ia berbahasa Arab dan saya belum seratus persen mengerti dengan bahasa Arab. =)

Laki-laki tersebut memulai cerita dengan penuh semangat, sembari senantiasa tersenyum setiap jeda kalimatnya. "ISTGHFAR", ya kata itu membuat perhatian saya tertuju kepadanya. Hal ini karena saya merasa mengerti arah pembicaraan dari laki-laki tersebut." Mungkin ini laki-laki ingin bercerita tentang teori istighfar", gumam saya dalam hati.

Begitu semangatnya ia menyampaikan tentang istghfar, dan bahkan saya pun serasa ikut terlarut dengan apa yang disampaikannya. Sekali lagi, saya belum mengerti bahasa Arab =). Tapi aneh, kenapa hati saya serasa ikut paham yah?? rasa-rasanya saya paham dengan apa yang disampaikannya. Berkisar tentang keutamaan Istighfar, tentang kekuatan dari istighfar, tentang pahala istighfar, dll.. Aneh memang, kenapa dalam pikiran dan hati saya mampu memahaminya. Mungkin benar benar apa disampaikan dalam peribahasa bahwa "sesuatu yang disampaikan dengan hati, maka akan sampai ke hati.". Kepala ikut menggangguk seakan paham benar dengan kalimat laki-laki tersebut. Kadang diselingi tertawa mengikuti alur cerita yang disampaikan.

Penasaran saya dengan penyampaian laki-laki ini, dan rasa penasaran saya itu ternyata dilihat oleh salah seorang rekan kantor saya yang memang mengerti bahasa Arab. Dia lalu menyapa saya,
"ente ngerti gak dengan yang disampaikan laki-laki tersebut?",

spontan saya menggelengkan dan berkata "Ana gak ngerti dengan jelas apa yang disampaikan, tapi ana merasa hati ini mengerti apa yang disampaikannya."

"Okay, nanti ana cerita ke ente di luar masjid.", kemudian kami shalat sunat sebelum meninggalkan masjid.

Di luar masjid, saya langsung bertanya kepada beliau tentang apa sebenarnya cerita tadi. Dia lalu berkata, "Laki-laki tersebut cerita tentang betapa hebatnya istighfar. Rasulullah saja senantiasa istighfar sebanyak-banyak setiap harinya. Istighfar itu bukan cuma sekedar minta ampun, tapi juga istighfar ini bisa mendatangkan rezeki.", jawabnya.

"Maksudnya mendatangkan rezeki?", saya bertanya lagi. "Iya maksudnya kita ini manusia yang penuh dosa, lalu bagaimana kita bisa meminta kepada Allah jika kita sendiri belum meminta ampun kepada Allah terhadap dosa-dosa kita ini. Laki-laki tersebut menceritakan riwayat-riwayat sahabat dan imam yang mendapatkan rezeki karena selalu istighfar."

"Apa aja riwayat tersebut? Ana dengar tadi ada nama Imam Hambali yang disebut-sebut."

"Salah satunya yang paling luar biasa memang tentang cerita Imam Hambali ini. Begini, suatu ketika Imam Hambali ini melakukan perjalanan. Dalam perjalanan ini beliau sengaja tidak memperkenalkan namanya sebagai seorang imam. Saat larut malam, ia mencoba mencari tempat menginap dan bertanya kepada masyarakat sekitar itu. Namun, masyarakat tidak ada yang mau memberikan tempat menginap kepada Imam Hambali karena memang beliau tidak memperkenalkan siapa dia sebenarnya. Lalu Imam Hambali ini mencari sebuah masjid agar ia dapat sedikit beristirahat dari perjalanan ini. Ketika ia melihat sebuah masjid, kemudian ia pun langsung beristirahat sembari sedikit merebahkan diri di masjid tersebut.

Masyarakat sekitar banyak yang was-was karena ada orang yang tidak dikenal masuk di kampung mereka dan sekarang berada di masjid mereka. Lalu masyarakat melaporkan hal ini, dan seketika itu juga datang pihak yang berwenang menyeret Imam Hambali keluar dari masjid tersebut. Betapa kagetnya Imam Hambali dengan kejadian ini. Kemudian tanpa disangka seorang laki-laki paruh baya yang melihat seseorang diseret-seret keluar masjid, kemudian ia langsung mendekati dan meminta kepada pihak berwenang dan masyarakat untuk melepaskan seseorang yang diseret-seret ini. Ternyata laki-laki ini adalah seorang tukang roti yang berjualan keliling kampung tersebut. Laki-laki ini bersumpah bahwa orang yang diseret-seret ini tidak melakukan apa-apa, karena dari tadi ia berada di sekitar masjid ini dan melihat bahwa orang ini adalah seorang musafir yang hanya ingin beristirahat. Karena permintaan tukang roti inilah, akhirnya pihak berwenang dan masyarakat melepaskan musafir ini.

Imam Hambali, yang belum diketahui identitasnya, kemudian dipersilahkan duduk oleh tukang roti ini dan sembari ia membuatkan roti. Sambil membuat roti, ternyata si tukang roti ini selalu melafazkan istighfar. Tak henti-henti bibirnya beristighfar, sampai-sampai Imam Hambali dibuat kagum oleh tukang roti ini. Kemudian Imam Hambali bertanya kepada si tukang roti, "Sudah berapa lama Anda melakukan istighfar seperti ini?".

Tukang roti menjawab, "Sudah lama saya melakukan istighfar seperti ini dan subhanallah Allah selalu mengabulkan setiap permintaan saya, kecuali satu permintaan.".

"Permintaan apa itu?" tanya Imam Hambali

Tukang roti tersebut dengan berwajah sedih berkata, "Saya meminta untuk dipertemukan dengan Al Imam Hambali, karena saya begitu mengaguminya."

Mendengar kata-kata tukang roti tersebut, lalu Imam Hambali pun menangis terharu dan bertakbir di dalam hatinya.... Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar...".

Dengan tertegun bertafakkur, sambil sedikit berkaca-kaca, hati saya berbisik, "Subhanallah, sampai seorang Imam Hambali diseret-seret atas kehendak Allah hanya untuk mengabulkan permintaan tukang roti tersebut."


Maha benar Allah dengan segala janjiNya kepada hambaNya...


Jeddah, 28 Sya'ban 1431 H

5 menit = Hidayah ?

Kuringgu… kuringgu …. kuringgu!!! (kring …kring …kring..). Suara telepon rumah Muhammad berbunyi nyaring.

Muhammad: Mosi mosi? (Hallo?)

Takahashi: Mosi mosi, Muhammad san imasuka ? (Apakah ada Muhammad?)

Muhammad: Haik, watashi ha Muhammad des. (Iya saya).

Takahashi: Watashi ha isuramu kyo wo benkyou sitai desuga, osiete moraemasenka? (Saya ingin belajar agama Islam, dapatkah Anda mengajarkan kepada saya?)

Muhammad: Hai, mochiron. (ya, sudah tentu.)

Percakapan pendek ini kemudian berlanjut menjadi pertemuan rutin yang dijadwalkan oleh dua manusia ini untuk belajar dan mengajar agama Islam.

Setelah beberapa bulan bersyahadat, Takahashi kian akrab dengan keluarga Muhammad. Dia mulai menghindari makanan haram menurut hukum Islam.

Memilih dengan hati-hati dan baik, mana yang boleh di makan dan mana yang tidak boleh dimakan merupakan kelebihannya. Terkadang tidak sedikit, keluarga Muhammad pun mendapatkan informasi makanan-makanan yang halal dan haram dari Takahashi.

“Pizza wo tabenaide kudasai. cheese ni ra-do wo mazeterukara.. (Jangan makan pizza walau pun itu adalah cheese, karena di dalamnya ada lard, lemak babi)”, nasihatnya di suatu hari. Takahashi mengetahui informasi semacam ini karena memang kebiasaan tidak membeli pizza, atau makanan produk warung di Jepang memang sudah terpelihara sebelumnya di keluarga Muhammad.

Toko kecil makanan halal milik keluarga Muhammad, menjadi tumpuan Takahashi dalam mendapatkan daging halal. Suatu ketika Takahashi ingin makan daging ayam kesukaannya, tapi dia ngeri kalau melihat daging ayam bulat (whole) mentah yang ada di plastik, dan tidak berani untuk memotongnya. Dengan senang hati, Muhammad memotong ayam itu untuk Takahashi. Dia potong bagian pahanya, sayapnya, dan badannya menjadi beberapa bagian.

Setiap pekan, Takahashi terkadang memesan sosis halal untuk lauk, bekal makan siang di kantor. Setiap pagi ibunya selalu menyediakan menu khusus (baca: halal) untuk pergi ke kantor tempat dia bekerja. Sebagai ukuran muallaf Jepang yang dibesarkan di negeri Sakura, luar biasa kehati-hatian Takahashi dalam memilih makanan yang halal dan baik. Terkadang Muhammad harus belajar dari Takahashi tentang keimanan yang dia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Pernah dalam suatu percakapan tentang suasana kerja, Takahashi menggambarkan bagaimana terkadang sulitnya menjauhi budaya minuman sake di lingkungan tempat kerjanya. Di Jepang, suasana keakraban hubungan antara atasan dan bawahan atau teman bekerja memang ditunjukkan dengan saling memberikan minuman sake ke gelas masing-masing.

Dalam kondisi hidup ber-Islam yang sulit, Takahashi ternyata terus melakukan dakwah kepada ibunya. Beberapa bulan kemudian akhirnya ibunya pun menjadi muallaf dengan nama Qonita, nama pilihan Takahashi sendiri buat ibu yang dia cintainya. Sampai saat ini, bagaimana dia mendapatkan nama itu, tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali Takahashi.

Beberapa bulan berlalu, pertemuan kecil-kecilan berlangsung …terlontar dari mulutnya suatu kalimat.

“Watashi ha kekkon simasu (Saya mau menikah)….”, ujarnya.

Dengan proses yang panjang, akhirnya dia mendapatkan jodohnya, wanita Jepang yang cantik, yang dia Islamkan sebelumnya. Setahun kemudian, suatu hari Takahashi datang ke rumah Muhammad dengan istrinya yang berkerudung, ikut serta juga buah hati mereka yang telah hadir di dunia ini.

Pada suatu hari, iseng-iseng Muhammad bertanya kepada Takahashi, “Apa yang menyebabkan Takahashi lebih tertarik dengan Islam?”

“Sebenarnya saya belajar juga Kristen, Budha dan Todoku (Agama moral) selain Islam,” Takahashi menjelaskan.

“Masih ingat dengan telepon kita dulu? Waktu pertama kali aku telepon ke Muhammad beberapa bulan dulu”, sambungnya.

“Iya ingat sekali”, jawab Muhammad.

“Kita waktu itu membuat perjanjian untuk bertemu di suatu tempat bukan?”, tanya Takahashi.

“Iya benar sekali”, sambung Muhammad lagi sambil mengingat-ingat kejadian saat itu.

“Saya sungguh ingin mantap dengan Islam, karena Muhammad datang 5 menit lebih dulu dari pada waktu yang kita janjikan, dan Muhammad datang terlebih dahulu dari pada aku. Muhammad pun menungguku waktu itu”, jawab Takahashi beruntun.

“Karena itu aku yakin, aku akan bersama dengan orang-orang yang akan memberikan kebaikan”, sambungnya lagi.

Jawaban Takahashi membuat Muhammad tertegun, Astaghfirullah sudah berapa kali menit-menitku terbuang percuma, gumam Muhammad.

Begitu besar makna waktu 5 menit saat itu untuk sebuah hidayah dari Allah SWT. Subhanallah, 5 menit selalu kita lalui dengan hal yang sama, akan tetapi 5 menit waktu itu sungguh sangat berharga sekali bagi Takahashi.

Bagaimana dengan 5 menit yang terlewat barusan, milik Anda?

Sabtu, 12 Juni 2010

Hati yang Takut..


“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka adalah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat kembali orang-orang yang zalim” (QS Ali Imran [3]: 151)

Konflik itu terus terjadi. Bagai sebuah perjalanan yang melelahkan dan tiada batas henti yang pasti. Sebuah pertanda akhir zaman yang telah diilustrasikan oleh Rasulullah Saw. Perang antara kebathilan dan kebenaran….Perang antara keadilan dan kezaliman…yang saat ini kita saksikan.

Seorang teman mengirim pesan pendek pagi ini, “Mari kita kutuk Israel biadab….” Sebuah pesan yang mengobarkan semangat jihad yang bisa dikatakan amat menggemuruhkan hati yang sedang pilu ini. Hanya terucap satu di lisan ini yang terkandung dalam QS 3:173:
“Hasbunallahu wa ni’mal wakil…Cukuplah Allah menjadi penolong, dan Allah sebaik-baik pelindung…”

Kadang seribu satu pertanyaan terlintas dibenak yang teramat dangkal ini: “Kenapa konflik ini tidak berakhir juga? Kenapa Allah tidak memenangkan agama-Nya yang mulia ini dan meluluh lantakkan segala apa yang dilakukan oleh orang kafir itu?”

Pada QS Ali Imran ayat 151 diatas Allah memilih kata “Kami” daripada “Aku” bukannya tanpa sebab. Sesuatu yang berarti jamak dan bukan tunggal. Allah menyebut diri-Nya jamak yang memberi pemahaman kepada kita bahwa Allah tidaklah bertindak sendiri untuk membuat hati orang-orang kafir itu menjadi takut. Ada keterlibatan para malaikat disini yang bisa jadi selalu membuat pandangan orang-orang kafir itu menjadi sempit dan dibayangi kegelisahan. Dan juga ada keterlibatan hamba-hamba-Nya yang nyata menjadikan mereka takut. Hal ini disebabkan hamba-hamba-Nya itu dengan semangat jihad (baca: kecintaan kepada Allah) sanggup melakukan apa saja demi untuk menegakkan syiar agama Allah dimuka bumi ini. Mereka tidak peduli jika harus mengorbankan jiwa dan raganya.

Hamba itu mencoba memahami. Demikianlah memang adanya kehidupan di dunia ini. Konflik antara kebenaran dan kebathilan adalah sebuah keniscayaan....Tidak akan pernah selesai sampai di akhir zaman kelak (dalam beberapa hadish yang shahih disebutkan) dajjal dan nabi Isa as akan berhadap-hadapan untuk saling menaklukkan.

Untuk sementara, konflik ini akan terus ada. Di satu sisi hamba-hamba Allah akan terus mengobarkan semangat jihad demi tegaknya syiar agama Allah yang berupa kebenaran dan keadilan (amar ma’ruf nahi munkar). Sementara disisi yang lain orang-orang kafir (baca: pro zionisme) akan terus meninginkan syiar agama Allah ini bengkok dan dipenuhi dengan ketimpangan demi melenggengkan kekuasaan dan jati diri mereka. Allah Azza wa Jalla tidak pernah berdiam diri. Melalui para malaikat-Nya dan hamba-hamba-Nya, Dia selalu menanamkan ketakutan itu pada hati mereka. Bukankah sebuah hati yang selalu dipenuhi dengan ketakutan yang tak berujung dan kegelisahan yang tidak pernah memudar adalah sebuah "siksaan" yang nyata?

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf (baik) dan mencegah dari yang munkar (buruk), dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab itu beriman, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran [3]:110)

Wallahu a’lam Bissawab

Rabu, 02 Juni 2010

Bait Syair “Cantiknya Akhlak Berinteraksi”

Pangkal dari sebuah tindakan adalah lintasan perasaan dan fikiran dimana keduanya sangatlah erat hubunganya dengan bisikan hati, siapa yang membiasakan diri untuk memasukkan kebenaran dan kebaikan melalui panca inderanya melalui kepala ataupun kebutuhan jasmani melalui perutnya, maka hakikatnya dia telah menumbuhkan benih ketakwaan yang hakiki yang hanya tersimpan didalam dada setiap mukmin sejati dan denganya dia memiliki budi pekerti yang luhur lagi tinggi.
Yang dengannya pula hakikat tugas mulia didunia ini akan diberkahi dan diridhloi Rab Illahi.

Ingatlah sebaik baik perkataan adalah yang bersumber dari Alquran dan Hadits .

“Landasan semua ilmu yang bersifat teoritis dan tindakan yang berdasarkan inisiatif adalah lintasan perasaan dan fikiran, yang kemudian menghasilkan persepsi, Lalu persepsi mengajak kepada kehendak, kehendak menuntut realisasi tindakan, serta pelaksanaan secara berulang kali akan menghasilkan kebiasaan, Sedang lintasan dan bisikan hati terkait dengan perasaan dan fikiran”
( Ibnu Qayim Al Jauziyah).

“Kita banyak menemui seorang penuntut ilmu lupa pada kedudukanya, dia masuk kepada hal hal bermudhrat besar, dimana kemudhratan ini tak dapat ditebusi secuilpun dari apa yang dikeluarkan dari pemikiran dan bantahannya atau mungkin pula tak seimbang dari pengharapan pahala dan kemaslahatan yang diingini dari niat utama dalam setiap pembahasan atau tulisan dan dakwahnya, sehingga tak jarang menimbulkan reaksi berbantah-bantahan dengan cara jahil atau terjadi penyimpangan dengan mencari alasan alasan yang tak terarah dari pokok bahasan, kalaulah sudah begini tak jarang menimbulkan putusnya tali silaturahmi, munculnya sikap saling merendahkan dan menghasut serta munculnya pemahaman memukul rata dari kejelekan yang berseberangan dengan lawan bantahanya,
kalaulah caranya begitu apakah mungkin para penuntut ilmu lupa akan niat utamanya tidakah akan lebih ahksan dan mulia kalaulah kita menempatkan setiap urusan pada tempat dan porsinya dengan memahami akar pokok suatu percakapan dan buah kebaikan yang diharapkan, kemudian yang sangat utama adalah pertimbangan akan manfaat dan mudharat yang akan ditimbulkan”

“Wewangian tidak mungkin bisa menyebar dan bermanfaat pada sekelilingnya kalaulah pembawa wewangian memiliki bau busuk yang lebih tinggi kadarnya”

“Apakah sama perbandingan satu takaran air jernih yang tumpah dari bejana dengan dua takaran air keruh yang mengisi kedalam bejana , betapa susahnya menjernihkan air keruh apalagi merubahnya menjadi zat yang menghasilkan manfaat”

“ Pandangan simpati menutup segala cela sebagaimana pandangan benci menampakkan segala cacat “

“Sedangkan pelaku simpati sejati selalu berhati-hati kapan dan dimana dia menutup celah, dan
Sedang Penasehat Ulung pandai menempatkan kapan dan dimana dia menampakkan suatu cacat”

“Karna simpati dan benci semua berakar karena Alloh illahi Rabbi ”

“Ataukah mungkin, musuh abadimu memalingkan kebencian dan kecintaan karena menuruti nafsu diri”

“Ataukah mungkin, musuh bebuyutanmu (yang terlaknat) melalaikanya dengan lupa hakikat niat utama hati”

“Atau mungkin usahamu terlalu terburu-buru dalam melakukan perintah bisikan hati”

“Barang siapa yang tergesa-gesa ingin memetik sesuatu sebelum saatnya, maka dia akan dihukumi dengan kegagalan memetiknya”

“Atau mungkin lintasan fikiran dan perasaanmu merasa terlalu nyaman dengan keangkuhan dan pembanggaan diri sendiri dan keberadaanmu “

“Ataukah Alloh dilupakan untuk membimbing setiap niat dalam hati”

“Bahkan apakah semua atas dasar penuhanan terhadap hawa nafsumu sendiri”

“Luruskan fulan, niat selain Alloh adalah kejahilan dan rimba kesyirikan”

“Sebarkan fulan, niat karna Alloh adalah berciri dan berbudi pekerti “

“Tanamkan fulan, itulah kebaikan jika berada diatas kebenaran”

“Tanamkan fulan, kebenaran berasal dari-Nya”

“Buangkan fulan, rasa kebenaran yang berasal darimu”

“Buangkan fulan, lintasan fikiranmu yang merasa paling benar”

“Fulan, Tugasmu hanya menyampaikan”

“Fulan, Tugasmu bukan memaksakan”

“Fulan, bukan hanya kata katamu yang harus didengar”

“Fulan, bukan hanya seruanmu yang menyelesaikan”

“Fulan, Sangatlah banyak jalan hidayah ”

“Fulan, Sadarkan diri ini akan banyak kelemahanya”

“Fulan, Sibuklah dengan Pokok Pokok Agamamu”

“Fulan, Bersabar dan tetaplah bersabar disetiap urusan dakwahmu”

“Fulan, mohon bimbingan-Nya disetiap urusan agamamu”

“Fulan pakailah busana terindah dan pakaian terindah dan wangikan dirimu dengan wewangian terbaik dengan bahan takwa yang sangat menyamankan setiap jiwa”

“Tariklah bualan dan argument tak bermanfaatmu, cukup itu sebagai catatan pribadimu, jika catatan ini benar maka kamu akan terbimbing dengan keihlasanmu”

“Tempatkan pada wilayah yang disana sesuai dengan tempatnya dan tugasnya”

“Layaknya tugas terbaik bagi para alim yang abid lagi shalih”

” Sungguh Benar Adanya Ya insan, Kefaqihan adalah atas kehendak Rabmu”

Allohua’lam Bish Showab

Ibadah di Hari Jum'at

Alhamdulillah.......jum'at nih, ..seperti biasa...mari kita hidupkan sunnah dengan banyak membaca sholawat Nabi dan membaca surat Al Kahfi..terus banyakin doa ya, terutama entar habis ashar...

Dalilnya adalah:

"Sesungguhnya diantara hari yang paling afdhol bagi kalian adalah hari jum'at, Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan,dan pada hari itu akan ditiupkan sangkakala (kiamat), oleh karena itu perbanyaklah membaca sholawat pada hari jum'at, karena sholawat kalian akan disampaikan padaku".
[SHAHIH. HR Abu Daud 1047, An Nasaa-i 3/91, Ibnu Majah 1636, Ahmad 4/8, Ad Darimi 1/369 Ibnu Khuzaimah 16, Al Hakim 1/278, Al Baihaqi 3/248]

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Perbanyaklah oleh kamu sholawat kepadaku pada hari jum'at dan malam jum'at, karena barang siapa yang bersholawat kepadaku satu kali (sholawat saja), niscaya Allah bersholawat kepadanya sepuluh kali".
[HASAN SHAHIH. HR Baihaqi 3/249.Dishahihkan o Albani dalam Silsilah Ahaadits ash shahiihah no.1407].

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya salah satu dari hari kalian yg utama adalah hari jum'at, padanya Adam diciptakan, padanya dia dicabut nyawanya, padanya ditiupkan sangkakala, padanya kematian umum (hari kiamat), maka pada hari itu perbanyaklah shalawat kepadaku karena shalawat kalian ditampakkan kepadaku",

Mereka bertanya,
"Bagaimana shalawat kami ditampakkan kepadamu sementara engkau telah menjadi tulang yang lapuk?".

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab,
"Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi bumi untuk memakan jasad kami (para Nabi)"
[SHAHIH. HR. Abu Daud, An Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Di shahihkan oleh Al Albani dlm Shahih Targhib wat Tarhib II/696-14, jilid II hal 130].

Dari Abu Sa'id Al Khudri, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barang siapa membaca surat Al Kahfi pada hari jum'at, akan diberikan cahaya diantara dua jum'at".
[Hasan Shahih. HR. Al Hakim 2/368,Al Baihaqi 3/249, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Irwa'ul Ghalil no. 626, juga ada riwayat lain yang menyebutkan di baca pada malam jum'at, oleh Imam Ad Darimi dengan sanad yang mauquf shahih].

"Pada hari jum'at, ada satu waktu yg bila seorang muslim sholat dan minta (berdoa) kepada Allah, maka akan di kabulkan" dan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa waktunya sedikit. [SHAHIH. HR. Bukhari no 935].

Dalam riwayat lain
"Waktu terkabulnya doa adalah antara duduknya imam (khatib jum'at) sampai selesai sholat (jum'at.)". [SHAHIH. HR. Muslim no 853].

Dalam riwayat lain,
dari sahabat Jabir radhiallahu anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
" Carilah (waktu terkabulnya doa) di akhir waktu sesudah sholat ashar di hari jum'at)".
[SHAHIH. HR. Abu Daud no 1048, An Nasaa-i 3/99]

Dari Abu Sa'id al Khudry rodhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabdam:
"Mandi hari jum'at wajib bagi setiap orang yang telah dewasa".
[HR. Bukhari no 879 dan Muslim no 864].

Adapun lafazh bacaan sholawat yang paling ringkas yang sesuai dalil adalah :
Allahumma shollii wa sallim 'alaa nabiyyinaa Muhammad,

(Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad)
[SHAHIH. HR. At-Thabrani melalui dua isnad, keduanya baik. Lihat Majma’ Az-Zawaid 10/120 dan Shahih At- Targhib wat Tarhib 1/273].

Berkenaan dengan lafazh "sayyidinaa" dalam sholawat, maka dalil larangannya adalah :
‘Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu ‘anhu berkata,
“Ketika aku pergi bersama delegasi bani ‘Amir untuk menemui Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam , kami berkata kepada beliau,
“Engkau adalah sayyid (penghulu) kami! (sayyidinaa-pen)” Spontan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa ta ‘aala!”

Lalu kami berkata,
“Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya.”

Serta merta beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
“Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh syaitan.”
[HR. Abu Dawud (no 4806), Ahmad (IV/24, 25), al-Bukhari dalam al-A dabul Mufrad . Dishahihkan oleh para ulama (ahli hadits).” (Fat-hul Baari V/179)].

Anas bin Malik rodhiallaahu ‘anhu berkata,
Sebagian orang berkata kepada beliau, ‘
"Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami (sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami!’

Maka seketika itu juga Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.”
[SHAHIH. HR. Ahmad (111/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam. ‘Amalul Yaum wal Lailab (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dan Sahabat Anas bin Malik ].

"Barang siapa yang pada hari Jumat mandi seperti mandi janabat, kemudian berangkat awal (ke mesjid), maka seakan-akan ia bersedekah seekor unta gemuk. Barang siapa berangkat pada waktu kedua, maka ia seakan-akan ia bersedekah seekor sapi. Barang siapa berangkat pada waktu ketiga, maka seakan-akan ia bersedekah seekor kambing bertanduk. Barang siapa yang berangkat pada waktu keempat, maka seakan-akan ia bersedekah seekor ayam. Dan barang siapa berangkat pada waktu kelima, maka seakan-akan ia bersedekah sebutir telur. Dan bila imam telah naik mimbar (untuk berkhutbah), maka para malaikat hadir untuk mendengarkan zikir. (Maksudnya mereka para malaikat tidak lagi mencatat orang yang datang ke mesjid setelah khutbah dimulai)".
[SHAHIH. HR. Muslim No.1403]

Untuk pembagian keutamaan waktu tsb, dalam pembahasan kitab "Duror Al Bahiyyah" oleh ustadz Abdul Bar menyebutkan terbit fajar sampai adzan jum'at kemudian dibagi lima (unta, sapi, kambing, ayam, telur). Wallahu a'lam.


Adapun tentang shalat sunnat mutlak Ketika Menunggu Imam atau Khatib jum'at (Shalat Intizhor), dalilnya adalah :

Abu Hurairah radhiallahu 'anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum'at ini sampai jum'at berikutnya ditambah tiga hari". [SHAHIH. HR. Muslim].

Hadits yang maknanya sama juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan An Nasaa-i (lihat Shahih Targhib wat Tarhib, Syaikh Albani II/688 & 689 -6,7a)

Kemudian Imam Syafi'i berkata,
"Mengabarkan kepada kami Malik, dari Ibnu Syihab, dari Tsa’labah bin Abi Malik, bahwa dia mengabarkan kepadanya (Ibnu Syihab),

“Bahwasanya mereka di zaman ‘Umar bin al-Khaththab bila hari Jum’at selalu melakukan shalat (sunnah Intizhor) hingga ‘Umar bin al-Khaththab keluar (memasuki masjid). Apabila dia telah muncul dan duduk di atas mimbar serta muadzin mengumandangkan adzan, mereka (hadirin) duduk dan berbincang-bincang. Tetapi jika muadzin selesai adzan dan ‘Umar berdiri, maka mereka diam, tidak ada seorangpun yang berbicara."

[Riwayat Asy-Syafi'iy, Musnad hal.63. Sanadnya SHAH, menurut Syaikh Masyhur Hasan Hafizhahullah]
Meriwayatkan juga : Imam Malik, dalam Al-Muwaththa' no.233; Al-Baihaqi, As-Sunan Al Kubra no.5475 (3/192), As-Sunan Ash-Shughro no.656 hal.386.Wallahu ta'ala a'lam....


Lafazh2 shalawat yang sesuai dalil adalah :

1. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa ibroohiim wa ‘alaa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid, Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibroohiim wa ‘alaa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid
[SHAHIH, HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa-i, IbnuMajah, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Baihaqi]

2. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa shol laita ‘alaa aali ibroohiim, wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa azwaajihi wadzurriyyatihi kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid.
[SHAHIH, HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An Nasa-i, Ibnu Majah, Ahmad, Baihaqi, dan Imam Malik]

3. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shol laita ‘alaa aali ibroohiim wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohiim fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.
[SHAHIH, HR Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa-i,Ahmad, Ibnu Hibban, Baihaqi,dan Imam Malik]

4. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shol laita ‘alaa ibroohiim wa ‘alaa aali ibroohiim, wa baarik ‘alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibroohiim wa ‘alaa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid.
[SHAHIH, HR. Abu Dawud, An Nasa-i, Ahmad, Ibnu Hibban, Baihaqi, Ibnu Khuzaimah, Daruquthni, Al Hakim, dan Ath Thabrany]

5. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wa rosuulika kamaa shol laita ‘alaa aali ibroohiim, wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohiim.
[SHAHIH, HR Bukhari, An Nasa-i, Ibnu Majah, dan Baihaqi]

6. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa ahli baitihi wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa shollaita ‘alaa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid , wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa ahli baitihi wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid.
[SHAHIH, HR. Ahmad, Ath Thowawiy, dishahihkan oleh Al Albani]

7. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shol laita wa baarokta ‘alaa ibroohiim wa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid. [SHAHIH, HR Ath Thowawiy, An Nasa-i, dishahihkan oleh Al Albani]

8. Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shol laita ‘alaa ibroohiim wa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid, wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibroohiim wa aali ibroohiim innaka hamiidum majiid.
[SHAHIH, HR. Ahmad, An Nasa-i, Abu Nu’aim, dishahihkan oleh Al Albani].

Agar lebih sempurna lagi ibadah2 kita yang berkenaan dengan perkara sholat jum'at, maka ada baiknya membaca risalah dalam postingan link ini..tafadhdhol...
KESALAHAN2 DALAM SHOLAT JUM'AT
http://www.facebook.com/note.php?note_id=100574780683


Untuk yang akhwat,
Tidak ada kekhususan tidak ada yang khusus bagi wanita atau pria dalam perkara ini, namun semoga ini bisa membantu :

Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
“Saat aku sedang berzikir, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam melihatku dan bertanya :
“ Apa yang kau baca wahai Abu Umamah?”
aku menjawab, “Aku sedang berzikir kepada Allah”.

Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda :

“Maukah aku tunjukkan padamu sesuatu yang lebih banyak pahalanya dari zikirmu sepanjang siang dan malam ini?

Bacalah :

Alhamdulillaahi ‘adadamaa kholaq, walhamdulillaahi mil-a maa kholaq, Walhamdulillaahi ‘adadamaa fis samaawaati wal ardh,
Walhamdulillaahi ‘adadamaa ahshoo kitaabuhu, walhamdulillaahi mil-a maa ahshoo kitaabuhu, Walhamdulillaahi ‘adada kulla syai-in, walhamdulillaahi mil-a kulla syai-in

artinya :
"Segala puji bagi Allah sebanyak makhluk ciptaanNya, Segala puji bagi Allah sebanyak sesuatu yang memenuhi semua ciptaanNya, Segala puji bagi Allah sebanyak sesuatu yang ada di bumi dan langit, Segala puji bagi Allah sebanyak bilangan ayat2 kitabNya, Segala puji bagi Allah sebanyak sesuatu yang memenuhi bilagan ayat2 kitabNya, Segala puji bagi Allah sebanyak segala sesuatu, Segala puji bagi Allah sebanyak hal yang memenuhi segala sesuatu".
(SHAHIH, Diriwayatkan oleh Thabrani dan Al Mundziri, dan dinyatakan SHAHIH oleh Al Albani)

dan kemudian bertasbihlah seperti itu pula” lalu beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan,
“Pelajarilah dan ajarkanlah kalimat2 itu kepada anak-anak keturunanmu”
[SHAHIH,HR Thabrani, Mundziri, di Sahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Targhib wa at Tarhib]

Catatan :
Tidak ada ketentuan dalam jumlah bacaan, tempat dan waktu saat membacakan zikir ini, jadi bisa kapan saja dan sebanyak apa saja terserah kita mewiridkannya sebanyak kemampuan kita.

Dalam riwayat lain yang lebih kuat, yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Abi Dunya, juga Nasaa-I, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hiban serta Al Hakim menshahihkannya sesuai syarat periwayatan Imam Bukhari dan Muslim, juga telah di shahihkan oleh Imam Albani dalam Shahih Targhib wat tarhib nya, maka kalimat lainnya adalah :

"Subhaanallaahi ‘adadamaa kholaq, wa subhaanallaahi mil-a maa kholaq, subhaanallaahi ‘adadamaa fil ardh, wa subhaanallaahi mil-a maa fil ardhi was samaa’, wa subhaanallaahi ‘adadamaa ahshoo kitaabuhu, wa subhaanallaahi mil-a maa ahshoo kitaabuhu, wa subhaanallaahi ‘adada kulla syai-in, wa subhaanallaahi mil-a kulla syai-in, Alhamdulillaahi ‘adadamaa kholaq, walhamdulillaahi mil-a maa kholaq, Walhamdulillaahi ‘adadamaa fis samaawaati wal ardh, Walhamdulillaahi ‘adadamaa ahshoo kitaabuhu, walhamdulillaahi mil-a maa ahshoo kitaabuhu, Walhamdulillaahi ‘adada kulla syai-in, walhamdulillaahi mil-a kulla syai-in"

artinya :
"Maha suci Allah sebnyak makhluk ciptaanNya, dan Maha suci Allah sebnyak sesuatu yang memenuhi semua ciptaanNya, dan Maha suci Allah sebnyak sesuatu yang ada di bumi, , dan Maha suci Allah sebnyak sesuatu yang memenuhi bumi dan langit, dan Maha suci Allah sebnyak bilangan ayat2 kitabNya, dan Maha suci Allah sebnyak sesuatu yang memenuhi bilangan ayat2 kitabNya, dan Maha suci Allah sebnyak segala sesuatu dan Maha suci Allah sebnyak hal yang memenuhi segala sesuatu.
Segala puji bagi Allah sebnyak makhluk ciptaanNya, Segala puji bagi Allah sebanyak sesuatu yang memenuhi semua ciptaanNya, Segala puji bagi Allah sebanyak sesuatu yang ada di bumi dan langit, Segala puji bagi Allah sebnyak bilangan ayat2 kitabNya, Segala puji bagi Allah sebnyak sesuatu yang memenuhi bilagan ayat2 kitabNya, Segala puji bagi Allah sebnyak segala sesuatu, Segala puji bagi Allah sebnyak hal yang memenuhi segala sesuatu."

“kemudian bertakbirlah seperti itu pula” (SHAHIH, HR Thabrani, Mundziri, dishahihkan oleh syaikh Al Albani)

Abu Ayaz Thoolib Biasa @ all : tafadhdhol buat siapa saja yang mau share atau copas, semoga bermanfaat. Ana uhibbukum fillah. Zadanallah 'ilman wa hirshan.

Rabu, 19 Mei 2010

Jika Sang Ibu Hobi Menyumpahi Buah Hatinya

Penulis: Ummu Raihanah

Sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari seorang ibu yang jengkel atas kenakalan atau kesalahan anak-anaknya melaknat atau menyumpahi mereka. Baik dengan kata-kata yang kotor (tidak pantas) ataupun do'a yang tidak baik. Sehingga sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Sang ibu tidak pernah merasa bersalah ataupun berdosa atas perbuatannya tersebut. Sambil bersungut-sungut dan mengumpat ia pun berlalu, meninggalkan buah hatinya dalam keadaan menangis.

Memang profesi sebagai ibu rumah tangga mempunyai tugas yang seabrek-abrek, ibarat pekerja ibu mempunyai jam kerja yang tidak terbatas tidak seperti layaknya wanita karir kantoran yang mempunyai jadwal kerja antar 6-8 jam. Selepas itu ia bisa beristirahat dengan tenang. Sedangkan bagi ibu yang memiliki anak haruslah menjaga mereka 24 jam, belum melayani suami, memasak, mengurus rumah, menggosok pakaian, dan lain-lainnya duh capeknya!!!

Beruntunglah para ibu yang suaminya menyediakan khadimah atau pembantu di rumah untuk meringankantugasnya. Bagaimana bila sang suami tidak mampu? Tentu dialah yang harus menyelesaikan tugas itu sendirian, dan biasanya bila sang ibu kelelahan kondisinya sangatlah labil sedikit saja buah hatinya melakukan hal-hal yang menurutnya tidak sewajarnya, maka terkadang tidak dapat mengontrol emosinya. Jadi buntut-buntutnya keluarlah cercaan, cacian, makian, laknat dan sumpah yang tidak baik kepada anak-anak mereka. Ironisnya sang ayah yang mendengar terkadang hanya diam saja. Lalu bagaimana sebenarnya islam memandang hal ini??

Memang jauhnya seseorang dari din yang mulia ini akan menyeret mereka dalam dosa dan maksiat bahkan terkadang mereka secara tak sadar telah menzhalimi hamba-hamba-Nya. Karena itu wajiblah bagi semua muslim dan juga muslimah mempelajari agama ini agar mereka terhindar dari apa yang di haramkan Allah dan mengerjakan apa yang di perintah-Nya.

Karena itu wahai ukhti-ukhti muslimah tetaplah semangat dalam menuntut ilmu syariat agar Allah selalu membimbingmu.

Islam melarang orangtua melaknat anak-anak mereka, bukan hanya itu kitapun dilarang menyumpahi diri kita sendiri ketika kita marah karena sesungguhnya kita tidak mengetahui kapan saatnya perkataan ataupun do'a (baik maupun buruk) yang kita ucapkan akan dikabulkan.

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu, dia menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam telah bersabda:

''Janganlah kalian menyumpahi diri kalian, dan jangan pula menyumpahi anak-anak kalian dan harta kalian, kalian tidak mengetahui saat permintaan (do'a) dikabulkan sehingga Allah akan mengabulkan sumpah itu'' (HR.Muslim)

Hadits diatas menjelaskan bahwa ada waktu-waktu baik yang didalamnya akan dikabulkan doa, karena itu hadits ini melarang kita untuk menyumpahi diri, putera-puteri kita, dan harta kekayaan kita, supaya sumpah itu tidak bertepatan dengan waktu pengabulan do'a sehingga selamat dari bahaya.

Tetapi sayangnya sebagaimana penulis paparkan diatas banyak dari kaum ibu yang melaknat dan menyumpahi anak-anak mereka. Mereka beralasan bahwa sebenarnya mereka tidak bermaksud demikian. Padahal sebagaimana kita ketahui alasan tersebut tidak dapat diterima karena larangannya telah jelas dan tegas.

Penulis mendapati pengalaman yang bisa dijadikan ibrah bersama, kisah nyata yang patut untuk dijadikan renungan bersama bagi para ibu-ibu.

Tak jauh lokasinya dari rumah penulis pada waktu itu ada tetangga ana mendapati seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia 9 tahun ditemukan tewas tersambar petir. Dus, berdatanganlah semua orang untuk melihatnya tak lama kemudian datanglah sang ibu yang menangis terisak-isak kemudian menjerit karena tidak mengira anaknya telah mati.

Setelah beberapa waktu kemudian penulis mendengar bahwa sebab kematian anaknya tersebut adalah akibat dari sumpah siibunya sendiri yang pada waktu ketika ia marah ia menyumpahi anaknya agar tersambar petir. waliyyadzu billah...akhirnya sumpahnya tersebut dikabulkan Allah dan menyesallah sang ibu dengan penyesalan yang teramat mendalam. Nasi sudah menjadi bubur.....

Kisah lainnya yang tak jauh berbeda juga masih sama terjadi dekat lokasi penulis.... Seorang anak laki-laki berusia kira-kira 7 tahun ditemukan tewas tenggelam di sungai. Peristiwa ini belumlah lama terjadi kira-kira 4 bulan yang lalu kejadiannya pun demikian anak tersebut terkena sumpah ibunya.

Ibunya yang marah mendoakan kematian bagi anaknya tersebut. Dalam hujan gerimis anak itupun keluar bermain dengan kawan-kawannya ketika dia berjalan ditepian sungai malang kakinya tergelincir tenggelamlah ia kedalamnya. Kawan-kawannya tak kuasa menolongnya mereka berusaha mencari pertolongan orang dewasa, akhirnya sang anakpun terangkat ke tepi akan tetapi dia telah meninggal karena terlalu banyak menelan air sungai dan meraunglah sang ibu.....dengan ucapan bahwa dia tidak bersungguh-sungguh menyumpahi anaknya....semua orang yang hadir hanya lah terhenyak... ya ... kiranya sumpah dan laknat telah menjadi budaya bagi kaum ibu-ibu kita. Sehingga sangatlah disesalkan anak-anak mereka menjadi korban.

Sungguh sangat tragis dan menyedihkan jauhnya kita dari agama ini membuat kita terjerumus dalam kesalahan yang fatal. Semoga Allah membimbing kita semua dan mengampuni dosa-dosa kita.

Sebenarnya banyak tips yang bisa di pelajari oleh para ibu rumah tangga agar mereka mampu mengontrol emosi mereka ketika marah.

1.       Ketika ibu marah, ingatlah bahwa Allah selalu mengawasi kita dan ingatlah bahwa anak tidaklah langsung tumbuh menjadi dewasa, kita juga dulunya anak-anak yang terkadang nakal dan menjengkelkan orangtua kita.

2.      Tarik nafas dalam-dalam dan santai (relaks) diam sejenak pandang anak dengan wajah yang lain dari biasanya tunjukkan ketidak sukaan kita akan ulah mereka, bila ibu ingin melotot atau merenggutkan muka maka lakukanlah agar anak takut

3.      Bila kedua cara diatas belum bisa menguasai emosi ibu segeralah ucapkan istighfar bila ibu ingin mengeraskan suara maka lakukanlah sehingga anak mendengar ucapan ibu, dan ingat ucapan istighfar itu akan terekam dalam otak anak-anak kita sehingga ketika mereka marah atau melakukan kesalahan secara otomatis mereka akan meniru kita

4.      Sebagaimana yang penulis jelaskan diatas bahwa kondisi seseorang mudah marah terkadang karena kelelahan, kerjakanlah pekerjaan rumah tangga apa yang ibu sanggup jangan memaksakan diri, tidurlah segera ketika anak-anak tidur sehingga ibu mempunyai waktu untuk beristirahat, dan tentu saja kerjasama antara suami istri sangat penting sekali dalam rumah tangga. Berilah pengertian kepada suami mengapa ibu tidak bisa menyelesaikan tugas rumah tangga ibu dengan penjelasan yang baik dan cara yang hikmah insya Allah suami ibu akan mengerti. Sehingga kebiasaan yang buruk menyumpahi anak ketika marah insya Allah akan berkurang sedikit demi sedikit.

5.      Jangan lupa berdo'alah kepada Allah agar Dia Yang Maha Kuasa merubah kebiasaan buruk ini sesungguhnya hati Ibu dalam genggaman-Nya. Insya Allah, kita tidak akan senang lagi menyumpahi anak-anak kita ketika marah.

Wallahu'alam bisshawwab.

Sumber:
- 30 Larangan Wanita, Amr bin Abdul Mun'im, Pustaka Azzam.
- Pengalaman pribadi

Senin, 03 Mei 2010

Sinopsis Buku - Satanic Finance

Buku ini di karang oleh Dirut Bank Muamalat, setelah baca buku ini maka kita jadi tahu kenapa kita jadi melarat kenapa krisis ekonomi terjadi

sinopsis :
Apa yang menyebabkan negara-negara berkembang yang sebetulnya sangat kaya sumber daya alam, namun ternyata hidup miskin, kelaparan dan dililit utang yang seakan-akan tak mungkin terbayar? Apakah semua itu merupakan kebetulan?

Menurut penulis buku ini, hal tersebut sama sekali bukan kebetulan, melainkan sesuatu yang didesain. Bencana finansial, demikian ia menyebutnya, tercipta bukan dari proses kebetulan, tapi kreasi dari para setan dan manusia-manusia yang menjadi agen binaannya.

Para pelaku satanic finance itu menggunakan ”Tiga Pilar Setan”, yakni fiat money, fractional reserve requirement, dan interest (bunga bank) untuk menghisap darah korbannya, khuusnya negara-negara berkembang.

Buku yang ditulis oleh pengarang The Celestial Management ini menggugah kesadaran baru betapa krisis ekonomi itu sengaja diciptakan. Penulis mengungkapkan cara setan merancang kehancuran ekonomi, siapa saja kolega mereka, dan apa saja trik-triknya.

- Fiat money : tahukah anda bahwa kita menggantungkan ekonomi kita hanya pada selembar
kertas yang kita namakan uang kertas (bank notes).

Tahukan anda bahwa sebenarnya kekayaan kita apabila kita punya banyak uang maka hanyalah ilusi karena uang kertas kita hanyalah kertas yang dijamin oleh pemerintah.

Tahukah anda bahwa tidak ada jaminan bahwa uang kita akan diganti oleh emas sesuai dengan
pengertian kita saat ini.

Tahukah anda apabila anada punya uang kertas (dollar) tidak akan bisa ditukar dengan emas
oleh pemilik dollar yaitu amerika.

“Tahukah anda bahwa export terbesar dari amerika adalah uang kertas dollar.

“Tahukah anda bahwa The Fed (federal reserve ) sebagai pencetak uang dollar adalah perusahaan swasta bukan milik pemerintah amerika.

- Fractional Reserve Requirement (FRR) : Persentase Cadangan minimal

Tahukah anda bahwa Bank bank termasuk bank sentral di seluruh dunia (termasuk kita) hanya menyediakan FRR 10% atau cadangan minimal kekayaan nya hanya 10%

-> artinya Bank hanya perlu cadangan modal 10 trilyun untuk mendapat kekayaan masyarakat 100 Trilyun.
-> artinya hanya ada kekayaan sebesar 10 Trilyun (antara lain emas) untuk membuat uang sebayak 100 Trilyun.
-> Makanya kalo semua nasabah mengambil uang simpanan di bank, bank tersebut tidak akan mampu membayar. Demikian pula negara. Kalo semua negara menguangkan devisa dollarnya maka si Banker yg punya dollar tidak akan mampu membayar.

- Interest : (bunga bank)

Anda sudah tau sendiri bahwa bunga bank adalah Riba…Bunga bank memperbesar kesenjangan antara si kaya dan si miskin anda tau kan bahwa sekali jadi orang kaya itu susah jadi miskin

Ketiga pilar ini disatukan maka, sesuai rumus ekonomi

MV=PY

dimana M : Jumlah uang kertas
V : Kecepatan uang beredar
P : Volume barang dan jasa yang ada
Y : rata-2 harga barang dan jasa

MV = Jumlah uang kertas yang beredar ( sektor moneter)
PY = Sektor Riil (jumlah nilai barang & jasa)

Apabila MV (jumlah uang beredar) terus ditambah (untuk menambal kekurangan anggaran misalnya) apabila dengan P yang tetap karena kapasitas produksi barang dan jasa terbatas
maka Y akan terus naik itulah inflasi. sampai kapan? sampae perekonomian kolaps dan terjadi pengguntingan uang kertas

Diceritakan dalam buku ini ada dua pulau dng dua suku masing-2 Tukus & Sukus. masing-masing suku makmur sejahtera dan punya emas banyak. Syahdan ada 2 orang baru datang. mereka memperkenalkan uang kertas ke suku tersebut. dan mereka menyimpankan emas penduduk dng ketentuan 1 uang kertas untuk 1 gram emas. di pulau terdapat 100.000 gram emas maka uang yg beredar adalah 100.000 uang kertas.

ditahun-2 pertama penduduk bisa menukarkan uang kertasnya dengan emas. Lama kelamaan karena terpercaya maka tidak ada yang menukar uang dengan emas lagi.

Nah orang baru tersebut menambah uang kertas sebanyak 900.000 shg jumlah uang menjadi 1.000.000. (tanpa ada emas sebgai penggantinya) uang tersebut dipinjamkan dengan bunga 15% pertahun. maka dalam satu tahun harusnya ada uang kertas
- 100.000
- 900.000 (yg dipinjamkan)
- 135.000 (bunga dr pinjaman 900.000)
total 1.135.000

padahal jumlah uang kertas yang ada hanya 1.000.000 darimana yg lain bisa mendapatkan 135.000? dari asset brooo… Rumah, tanah, …dll akan disita bertahun tahun kemudian semua aset akan menjadi milik orang baru tersebut intinya .. hanya bermodal mesin pencetak uang maka orang baru tersebut bisa menguasai aset di pulau tersebut.

Buku ini sangat bagus…
setelah mambaca dijamin melek kenapa kita terkena inflasi dan tambah lama tambah miskin
oohh sudah daku tulis ya bahwa .. Amerika rata-2 setiap hari mengexport 1,5 milyar Dollar uang kertas dan pencetak uang kertas dollar tersebut bukan pemerintah amerika !!! dan tidak ada kewajiban bagi amerika sbg pemilik dollar untuk menukar uang kertas dollar dengan emas !!!!!

Penulis : A Riawan Amin

Hermawan Kertajaya: Abaikan Etika, Bisnis Out

Praktik bisnis saat ini harus mengusung nilai-nilai etika dan spiritual. Meninggalkan nilai nilai ketuhanan dan kemanusiaan, jangan harap kegiatan bisnis berumur panjang. Pakar marketing dari Markplus Hermawan Kartajaya yang ikut meluncurkan The Celestial Management versi Inggris di hadapan The Chief Executive Officer Club beberapa waktu lalu menegaskan pentingnya nilai spiritual dalam dunia bisnis.

”Spiritual saat ini menjadi acuan dalam bisnis. Jika tak memperhatikan nilai etika, bisnis cepat mati,” kata Hermawan yang menjadi host dalam pertemuan The Jakarta Chief Executive Officer Club di The Mercantile Jakarta. Kasus Enron, atau bangkrutnya korporasi besar multinasional menjadi contoh bahwa bisnis bukan sekadar untuk mencetak laba. ‘’Honest atau kejujuran merupakan segalanya.’’

Penerapan nilai etika dan spiritual dalam bisnis, menurut Hermawan, menjadi kebutuhan belakangan ini. Krisis ekonomi serta situasi ekonomi global menjadi titik balik yang membawa nilai spiritual hadir kembali dalam kehidupan manusia termasuk bisnis. Karena itu, menurut dia, gagasan yang disampaikan Presiden Direktur Bank Muamalat Indonesia A.Riawan Amin dalam buku The Celestial Management merupakan hal universal yang harus diterapkan dalam semua segmen bisnis.

Krisis, kata Hermawan, membawa orang kembali kepada nilai spiritual. Tak terkecuali dalam menjalankan bisnis. Bisnis, kata Hermawan, bukan segalanya. Ada hal yang lebih bernilai dari itu. Itulah nilai etika berupa kejujuran, fairness, berbagi dengan sesama dan menghargai orang lain.

Hermawan mengaku sangat setuju dengan gagasan spiritualitas dalam bisnis. Spiritualitas, menurut dia, bukan hanya milik Islam. Namun yang dikembangkan Riawan Amin melalui The Celestial Management, menurut dia tetap merupakan wacana baru di tengah trend dan kebutuhan spiritualitas. ”Yang dituliskan dalam buku ini kan datang dari Alquran dan Hadis. Gagasan awalnya dari keimanan Islam. Tapi secara umum isinya universal dan diakui semua umat beragama.”

Hermawan mengakui bahwa kata Rahmatan Lil alamin yang pertama kali ia dengar dari Riawan Amin sangat benar maknanya. ‘’Ajaran Islam yang seperti ini ternyata sangat cocok.’’ Kata rahmatan lil alamin ia dengar pertama kali dari Riawan ketika datang ke BMI beberapa tahun silam untuk membantu manajemen. Hingga sekarang, universalitas Islam itu masih terngiang di telinganya.

Gagasan yang disampaikan CEO BMI itu juga sejalan dengan kampanye yang ia galakkan belakangan yakni wisdom in business. ‘’Kan intinya sama,’’ katanya. Ia mengemas tema wisdom in business dalam diskusi marketing dalam seminar dan siaran radio. Memorandum of Understanding tentang kajian wisdom in business sudah ditandatangani dengan pemimpin radio Delta FM beberapa waktu silam. Setiap Jumat, tema spiritual dan humanisme dalam kegiatan usaha akan menjadi topik bahasan.
‘’Sudah saatnya kita mengubah arah bisnis pada sesuatu yang lebih manusiawi,’’ katanya. Dan untuk mengaplikasikan spiritual values, katanya, ia setuju jika Riawan Amin orang-orang seperti Riawan Amin tak hanya duduk memimpin BMI tapi juga skala yang lebih luas. Dia bahkan setuju jika tokoh sekaliber Riawan bias duduk sebagai menteri pemberdayaan aparatur negara. Karena hanya dengan mengusung nilai spiritual, aparat bisa menjalankan fungsinya dengan benar tanpa korupsi, kolusi dan nilai ketidakjujuran lainnya.

Kamis, 22 April 2010

Manajemen Rumah Makan Minang : Bisakah Diadopsi & Dikembangkan Lebih Lanjut?

RMPadang3
Sewaktu membaca tulisan Revrisond Baswir yang terkait dengan proses pengembangan pemikiran Bung Hatta, dimana dikatakan bahwa Bung Hatta sewaktu belajar di Negeri Belanda pernah sengaja berkunjung ke negara-negara Skandinavia guna mempelajari sistim koperasi yang dikembangkan di sana (lihat artikel di “kadaikopi” : Mau Belajar Ekonomi Kerakyatan ? Datanglah ke Ranah Minang), fikiran saya menerawang ke tahun 1980an sampai awal tahun 2000an sewaktu perusahaan saya bekerja sama dengan beberapa perusahaan konsultan Denmark dan Finlandia.
Kami cukup lama bekerja sama masing-masing dengan perusahaan “KAMPSAX” untuk pekerjaan studi dan engineering design pemukiman transmigrasi di Kalimantan Tengah, “Hoff & Overgaard” untuk pekerjaan studi pengembangan jalan Kabupaten di Jawa dan Sulawesi, dan “Carl Bro” untuk pekerjaan studi dan design jalan Kabupaten di seluruh Indonesia, serta “Road & Waterways of Finland” untuk pekerjaan studi jaringan jalan di kepulauan Maluku.
Saya adalah orang Indonesia yang berasal dari ranah Minang dan cukup lama di masa muda  jadi “wong kito Palembang”. Menurut pengamatan saya, orang Minang dan orang Palembang merupakan 2 dari sejumlah etnis di Indonesia yang memiliki sifat egaliter.
1hatta5
Dengan latar belakang seperti ini, saya merasa sesuai dan cocok  dengan sifat egaliter yang ditunjukkan oleh rekan-rekan dari Denmark, Swedia, dan Finland ini. Mereka sangat terbuka, tidak membedakan manusia dari warna kulit, agama, ras, dan lain sejenisnya. Bagi saya bekerja sama dengan  mereka punya nilai lebih, kesenangan, dan kenangan  tersendiri.
Lepas dari keegaliteran ini, saya terkagum kagum mendengar bahwa koperasi adalah sistim perekonomian yang digunakan secara umum di negara-negara mereka.
Carl Bro sendiri menceritakan tentang peluang bagi para karyawannya untuk memiliki saham di perusahaan mereka. Bahwa dia sendiri sebagai pendiri perusahaan  harus menjual sahamnya ke perusahaan kalau sampai saatnya dia harus pensiun. Hasil penjualan saham inilah yang akan merupakan uang pensiunnya. Anaknya sendiri yang juga bekerja sebagai engineer professional di perusahaan tersebut harus membina kariernya sendiri dari bawah, dan harus  membeli sendiri saham perusahaan. Dia tidak dapat mewarisi  saham dari orang tuanya.
Di sisi lain, setelah membaca tulisan Revrison Baswir diatas pikiran saya juga menerawang ke hal lain yaitu rumah makan Minang (atau lebih sering disebut sebagai rumah makan Padang).
Bukan menyangkut jenis makanan atau menunya yang disukai oleh berbagai suku dan bangsa, melainkan sistim manajemennya yang sangat  unik.
Pada suatu rumah makan Padang, pihak-pihak yang terkait dengan usaha ini secara umum adalah pemilik, tukang masak, tukang sanduak, kasir, pelayan, dan tukang cuci piring.
Dalam sistim manajemen rumah makan Minang, hubungan antara pemilik dengan para pekerja  seperti  tukang masak, dan lain-lain itu bukan didasarkan pada sistim imbalan yang berupa gaji.
Di sini digunakan sistim bagi hasil berdasarkan ”mato” atau persentase.
Usaha dianggap sebagai usaha bersama antara pihak-pihak yang terlibat tersebut (termasuk pemilik), dan masing-masing memperoleh bagian keuntungan usaha berdasarakan prosentase yang disepakati bersama. Prosentase ini didasarkan pada peranan masing-masing, yang akan menentukan kesuksesan jalannya usaha (ini sesuai dengan pepatah Minang “gadang kayu gadang bahannyo, ketek kayu ketek bahannyo”= hasil sesuai dengan kontribusi/peran)
Peranan pemilik adalah sebagai pemodal dan penetap kebijaksanaan operasional. Daya tarik rumah makan terutama akan ditentukan oleh kualitas makanan yang ditentukan oleh keterampilan dan keahlian tukang masak. Kepuasan tamu dan pelanggan akan ditentukan juga oleh kualitas pelayanan dalam bentuk kecepatan dan kerapihan dalam menghidangkan. Kebersihan alat makan akan ditentukan oleh tukang cuci piring, sedangkan tertib keuangan akan ditentukan oleh keterampilan dan kejujuran kasir.
Dengan dasar pemikiran demikian, pembagian “mato” bisa sebagai berikut : pemilik 50 mato, tukang masak 15 mato, tukang sanduak 10 mato, kasir 10 mato, pelayan 5 mato, tukang cuci piring 5 mato, dan zakat 5 mato. Ini tentunya bisa bervariasi antara satu rumah makan dengan lainnya.
Pembagian hasil usaha  dilakukan setiap 100 hari.
Kebijaksanaan lainnya adalah bahwa karyawan berhak untuk memperoleh pinjaman sebelum waktu 100 hari tersebut, disamping bahwa karyawan memperoleh makan, minum, dan uang rokok.
Dapatlah dibayangkan kalau seseorang anak muda pergi merantau, pepatah Minang mengatakan untuk mereka yang pergi ke negeri orang yang masih asing bagi mereka :  “…..sanak cari saudara cari…induk semang cari dahulu…”.
Kalau dia dapat induk semang seorang pemilik rumah makan Minang, atau dengan kata lain dia bekerja di rumah makan Minang sebagai tukang cuci piring sebagai jabatan yang paling bawah, maka minimal makan, minum dan uang rokok sudah ditangan.  Ditambah pula 5 % dari keuntungan usaha setiap 100 hari. Kalau nanti sudah berpengalaman, karierpun dapat naik ke jenjang yang lebih tinggi : pelayan, juru masak, atau bahkan kasir (kalau dilihat dan dinilai jujur oleh induk semang).
Zaman dahulu, sistim manajemen yang sangat menjamin adanya “sense of belonging” yang tinggi dari seluruh unsur usaha ini, merupakan sistim yang umum digunakan oleh rumah makan Minang.
Sistim lama tersebut adalah sama dengan sistim Koperasi, atau ada juga yang menyebutnya sebagai  Ekonomi Pancasila, atau belakangan ini ramai pula disebut sebagai Ekonomi Kerakyatan; atau lebih tepatnya lagi lebih merefleksikan isi fasal 33 UUD 1945 dalam sisitim kepemilikan suatu usaha.
Zaman sekarang situasi dan kondisinya sudah berubah.
Sekarang sebagian rumah makan Minang sudah meninggalkan sistim ini dan menggantinya dengan sistim yang lebih kapitalistik : pemilik modal membuat suatu usaha dan menggaji karyawan yang dibutuhkannya.
Porsi karyawan dalam usaha tersebut adalah gaji + sejumlah imbalan lain, tapi tidak berhak atas pembagian keuntungan. Kalaupun ada bonus karena perusahaan meraih keuntungan yang memadai, besarnya terserah kepada pemilik usaha. Dalam sistim seperti ini, “sense of belonging” kalaupun ada akan sangat minim.
Sistim yang sama sebagaimana yang dilihat Bung Hatta pada tahun 1920an di negara-negara Skandinavia,  ternyata masih mereka gunakan sampai sekarang sebagaimana terlihat di perusahaan konsultan Denmark yang diceritakan diatas. Sistim yang menjadi fundasi dari kemakmuran mereka yang sangat menonjol diantara bangsa dan negara lain di dunia.
Sayapun kemudian membayangkan seorang pemuda Minang bernama Mohamad Hatta (kala itu belum bergelar ”Doktorandus”) pada tahun 1920an yang silam, belajar di negeri Belanda, terinspirasi oleh diskusi dengan seniornya Tan Malaka, dan pergi ke negara-negara Skandinavia untuk mempelajari sistim perekonomian yang mereka gunakan dan kembangkan di sana.
Saya membayangkan kekagetan beliau setelah melihat bahwa sistim yang sama ternyata telah digunakan secara umum oleh orang dari daerah asalnya  (ranah Minang) dalam mengelola usaha rumah makan mereka.
Inikah yang menambah keyakinan beliau bahwa inilah sistim perekonomian yang sesuai untuk  calon negerinya Indonesia Merdeka kelak ? Sistim yang digagas dan diperjuangkan oleh beliau untuk dimasukkan ke dalam UUD 1945 pada pasal 33 yang terkenal itu ? Wallahualam.
Ekonomi dan manajemen bukan bidang keahlian saya. Saya hanya berkhayal tentang kemungkinan diadopsi dan dikembangkannya manajemen rumah makan Padang dalam pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia, atau minimal di ranah Minang yang sudah lebih dahulu mengenal dan menghayati sistim ini.
Apakah mungkin pemilik modal, pemilik tanah (umpamanya usaha berada di tanah yang berstatus tanah ulayat, atau si pemilik tidak mau menjual tanahnya), eksekutif, staff, dan karyawan semuanya bergabung dalam satu usaha dengan pembagian hasil berdasarkan ”mato” diatas ?
Tentunya banyak hal yang harus didetaikan atau dikembangkan  untuk mengadopsi sistim ini. Umpamanya bagaimana mengaturnya agar pemilik tanah dapat memperoleh tanahnya kembali jika usaha karena ”satu dan lain hal” terpaksa dihentikan.
Ini juga bisa berlaku untuk usaha mall atau jalan tol umpamanya.
Di ranah Minang ”pembebasan tanah” untuk sesuatu keperluan merupakan masalah yang sekian kali lebih pelik dari pada di daerah lain (walau di daerah lain ini sekarang sudah tergolong pelik atau tidak dapat diatasi oleh peraturan yang ada). Sebagian tanah di ranah Minang berstatus tanah ulayat suku, kaum, atau Nagari yang tidak bisa diperjual belikan.
Andai tanah ulayat atau tanah milik sendiri ini diperhitungkan sebagai “mato” dalam komposisi kepemilikan jalan tol yang bersangkutan, maka sang pemilik akan dapat menikmati hasil bisnis jalan tol tersebut sepanjang masa…., bukan hanya sekali “ganti rugi” saja.
PadangGolfKalau dalam sistim kapitalis yang berlaku sekarang, para pemilik suatu padang golf sebagai contoh  hanya terdiri dari orang kaya dan terkenal, maka dalam sistim ‘manajemen rumah makan Minang’ ini rakyat biasa pemilik asli tanah akan ikut menjadi bagian dari pemilik  tadi karena mereka memiliki ”mato” mereka sendiri. Mereka jadinya juga berhak mendapat pembagian keuntungan sepanjang lapangan golf tersebut exist. Kalau suatu saat lapangan golf gulung tikar, maka sipemilik tanah akan mendapatkan tanahnya kembali.
Nah, kalau yang pelik sejenis yang menyangkut contoh pemilik tanah jalan tol dan lapangan golf ini dapat dicarikan solusi pengaturannya; tentunya pengaturan pembagian hasil di perusahaan-perusahaan biasa, yang terutama hanya  menyangkut pembagian hasil untuk staff dan karyawan saja, maka sistim ‘manajemen rumah makan Minang’ ini tampaknya sangat layak untuk diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut dari sekarang.
Sistim seperti ini akan mengurangi kemungkinan pemilik modal (kapital) yang akan makin kaya dan makin kaya dalam waktu relatif singkat. Sistim ini rasanya akan lebih menjamin pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan yang berkeadilan secara lebih merata.
Sayangnya masyarakat kita sebagian besar sudah pula memiliki semacam ”the American Dreams”  yang intinya ingin menjadi milyuner (kalau diukur dengan rupiah mungkin menjadi triliuner) dalam waktu singkat.
Siapa yang tertarik untuk mengembangkan sistim manajemen rumah makan Minang ini lebih lanjut ?

Mau Belajar Ekonomi Kerakyatan ? Datanglah ke Ranah Minang…

peternakanjpg
Di masa kampanye Pileg yang lalu dan Pilpres yang sedang berlangsung saat ini, ada suatu proses pembelajaran dan pencerahan yang sangat bermanfaat bagi seluruh anggota masyarakat Indonesia, yaitu dikenalkannya konsep Ekonomi Neo Liberal di satu sisi, dan konsep Ekonomi Kerakyatan di sisi lain sebagai lawannya.
Dua nama konsep ini sebenarnya tidak terlalu asing karena sudah sering disebutkan dalam berbagai media pada beberapa tahun terakhir ini. Tapi rakyat tidak terlalu tertarik untuk mencermatinya.
Sekarang keduanya menjadi sangat penting karena digunakan sebagai salah satu topik kampanye Pilpres yang sangat menarik perhatian masyarakat.
Dikatakan oleh salah satu Capres atau tim suksesnya bahwa lawannya menganut faham Ekonomi Neo Liberal dengan segala hal-hal negatif yang terkait dengan dengan konsep tersebut, dan kemudian dinyatakan bahwa sang Capres “berjanji” akan menerapkan konsep Ekonomi Kerakyatan andai dia terpilih nanti……Sang lawan membalas mengatakan bahwa tidak benar kalau mereka penganut Neo Liberal, mereka juga penganut Ekonomi Kerakyatan…..Ketiga  Capres ternyata mengklaim bahwa mereka adalah penganut ”Ekonomi Kerakyatan”
Akibatnya cukup heboh : masyarakat menjadi ingin tahu apa sih sebenarnya perbedaan antara kedua konsep yang dipertentangkan tersebut ?
Di sinilah kemudian terjadi proses pencerahan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup bangsa ini : para pakar melalui berbagai media cetak dan elektronik mulai menjelaskan secara rinci hal-hal yang menyangkut rasa ingin tahu masyarakat tersebut. Tujuan pencerahan ini sangat jelas, yaitu agar rakyat menggunakan hak pilihnya secara cerdas, dengan mengetahui secara memadai perbedaan pokok antara kedua konsep sistim perekonomian tersebut.
Artikel ini bukan untuk membahas kedua konsep sistem tersebut, karena memang penulis tidak memiliki kompetensi yang memadai untuk hal itu.
Tapi ada ketertarikan yang lain sewaktu mendengar pembahasan yang hangat tentang Ekonomi Kerakyatan ini beberapa kali di televisi, dan mencermatinya lebih lanjut dari beberapa tulisan menyangkut sistim perekonomian yang satu ini.
revrisond_baswir2Yang paling banyak terlibat dalam pembahasan, menulis atau dikutip tulisannya oleh sejumlah media adalah Drs. Revrisond Baswir MBA, Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Yogyakarta.
Dari beberapa tulisannya terungkap keterkaitan yang erat atau peranan yang sangat besar dari Bung Hatta dalam penetapan dasar-dasar konsep perekonomian ini sejak tahun 1930an, pencantumannya sebagai Pasal 33 yang sangat terkenal itu dalam UUD 1945, dan konsistensi beliau dalam pengembangan dan implementasinya melalui program koperasi di Indonesia.
Disayangkan kalau sebagian besar rakyat Indonesia hanya mengenang beliau hanya sebagai Proklamator dan Bapak Koperasi saja.
Coba kita cermati cuplikan tulisan Drs. Revrisond Baswir berikut ini, yang dikutip dari tulisan beliau tentang Ekonomi Kerakyatan yang berjudul “Ekonomi Rakyat dan Koperasi Sebagai Sokoguru Perekonomian Nasional” *) [eb]:
“Salah satu gagasan ekonomi yang dalam beberapa waktu belakangan ini cukup banyak mengundang perhatian adalah mengenai ‘ekonomi kerakyatan’. Di tengah-tengah himpitan krisis ekonomi yang sedang melanda Indonesia, serta maraknya perbincangan mengenai globalisasi dan globalisme dalam pentas wacana ekonomi-politik dunia, kehadiran ekonomi kerakyatan dalam pentas wacana ekonomi-politik Indonesia memang terasa cukup menyegarkan. Akibatya, walau pun penggunaan ungkapan itu dalam kenyataan sehari-hari cenderung tumpang tindih dengan ungkapan ekonomi rakyat, ekonomi kerakyatan cenderung dipandang seolah-olah merupakan gagasan baru dalam pentas ekonomi-polilik di Indonesia.
Kesimpulan seperti itu tentu tidak dapat dibenarkan. Sebab, bila ditelusuri ke belakang, dengan mudah dapat diketahui bahwa perbincangan mengenai ekonomi kerakyatan sesungguhnya telah berlangsung jauh sebelum Indonesia memproklamkkan kemerdekaannya.
bunghattaPada mulanya adalah Bung Hatta, di tengah-tengah dampak buruk depresi ekonomi dunia yang tengah melanda Indonesia, yang menulis sebuah artikel dengan judul Ekonomi Rakyat di harian Daulat Rakyat (Hatta, 1954). Dalam artikel yang diterbitkan tanggal 20 Nopember 1933 tersebut, Bung Hatta secara jelas mengungkapkan kegusarannya dalam menyaksikan kemerosotan kondisi ekonoroi rakyat Indonesia dibawah tindasan pemerintah Hindia Belanda.
Yang dimaksud dengan ekonomi rakyat oleh Bimg Hatta ketika itu tentu tidak lain dari ekonomi kaum pribumi atau ekonomi penduduk asli Indonesia. Dibandmgkan dengan ekonomi kaum penjajah yang berada di lapisan atas, dan ekonomi warga timur asing yang berada di lapisan tengah, ekonomi rakyat Indonesia ketika itu memang sangat jauh tertinggal.
Sedemikian mendalamnya kegusaran Bung Hatta menyaksikan penderitaan rakyat pada masa itu, meika tahun 1934 beliau kembali menulis sebuah artikel dengan nada serupa. Judulnya kali ini adalah Ekonomi Rakyat Dalam Bahaya (Hatta, 1954). Dari judulnya dengan mudah dapat diketahui betapa semakin mendalamnya kegusaran Bung Hatta menyaksikan kemerosotan ekonomi rakyat Indonesia di bawah tindasan pemerintah Hindia Belanda.
Tetapi sebagai seorang ekonom yang berada di luar pemerintahan, Bung Hatta tentu tidak bisa berbuat banyak untuk secara langsung mengubah kebijakan ekonomi pemerintah.
Untuk mengatasi kendala tersebut, tidak ada pilihan lain bagi Bung Hatta kecuali terjun secara langsung ke gelanggang politik. Dalam pandangan Bung Hatta, perbaikan kondisi ekonomi rakyat hanya. mungkin dilakukan bila kaum penjajah disingkirkan dari negeri ini. Artinya, bagi Bung Hatta, perjuangan merebut kemerdekaan sejak semula memang diniatkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Walau pun demikian, sebagai seorang ekonom pejuang, tidak berarti Bung Hatta serta merta meninggalkan upayanya untuk memperkuat ekonomi rakyat melalui perjuangan ekonomi. Tindakan konkret yang dilakukan Bung Hatta untuk memperkuat ekonomi rakyat ketika itu adalah dengan menggalang kekuatan ekonomi rakyat melalui pengembangan koperasi.
Terinspirasi oleh perjuangan kaum buruh dan tani di Eropa, Bung Hatta berupaya sekuat tenaga untuk mendorong pengembangan koperasi sebagai wadah perjuangan ekonomi rakyat.
Sebagaimana terbukti kemudian, kepedulian Bung Hatta terhadap koperasi tersebut berlanjut jauh setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Hal itu antara lain disebabkan oleh kesadaran Bung Hatta bahwa perbaikan kondisi ekonomi rakyat tidak mungkin hanya disandarkan pada proklamasi kemerdekaan.
Perjuangan untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat harus terus dilanjutkan dengan mengubah struktur ekonomi Indoncsia dari sebuah perekonomian yang berwatak koionial menjadi sebuah perekonomian nasional.
Sebagaimana dikemukakan Bung Karno, yang dimaksud dengan ckonomi nasional adalah sebuah perekonomian yang ditandai oleh meningkatnya peran serta rakyat banyak dalam penguasaan modal atau faktor-faktor produksi di tanah air (lihat Weinsten, 1976).
Kesadaran-kesadaran seperti itulah yang menjadi titik tolak perumusian pasal 33 Undang Undang Dasar (UUD) 1945. Sebagaimana dikemukakan dalam penjelasan pasal tersebut, ”Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua unluk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.”
Dalani kutipan penjelasan Pasal 33 UUD 1945 tersebut, ungkapan ekonomi kerakyatan memang tidak ditemukan secara eksplisit. Ungkapan konsepsional yang ditemukan dalam penjelasan Pasal 33 itu adalah mengenai ‘demokrasi ekonomi’. Walaupun demikian, mengacu pada definisi kata ‘kerkayatari’ sebagaimana dikemukakan oleh Bung Hatta (Hatta, 1932), serta penggunaan kata kerakyatan pada sila keempat Pancasila, tidak terlalu sulit untuk disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi kerakyatan sesungguhnya tidak lain dari demokrasi ekonomi sebagaimana dikemukakan dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 itu. Artinya, ekonomi kerakyatan hanyalah ungkapan lain dari demokrasi ekonomi (Baswir, 1995). Ekonomi Kerakyatan dan Bung Hatta.
Perbincangan mengenai ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi memang tidak dapat dipisahkan dari Bung Hatta. Sebagai Bapak Pendiri Bangsa dan sekaligus sebagai seorang ekonom pejuang, Bung Hatta tidak hanya telah turut meletakkan dasar-dasar penyelenggaraan sebuah negara merdeka dan berdaulat berdasarkan konstitusi. Beliau juga inemainkan peranan yang sangat besar dalam meletakkan dasar-dasar penyelenggaraan perekonomian nasional berdasarkan ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi. Bahkan, sebagai Bapak Koperasi Indonesia, Bung Hatta lah yang secara konsisten dan terus menerus memperjuangkan tegaknya kedaulatan ekonomi rakyat dalam penyelenggaraan perekonomian Indonesia.
Tetapi bila ditelusuri ke belakang, akan segera diketahui bahwa persinggungan Bung Hatta dengan gagasan ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi sekurang kurangnya telah dimulai sejak berlangsungnyatanmalaka3001perbincangan antara Bung Hatta dan Tan Malaka di Berlin, bulan Juli 1922. Bung Hatta ketika itu bduni genap setahun berada di negeri Belanda.
Dalam perbincangan tersebut, yaitu ketika Tan Malaka mengungkapkan kekecewaannya terhadap model pemerintahan diktatur yang diselenggarakan Stalin di Uni Soviet, Bung Hatta serta merta menyelanya dengan sebuah pertanyaan yang sangat tajam, “Bukankah kediktaturan memang inheren dalam paham komunisme?
Pertanyaan Bung Hatta tersebut ditanggapi oleh Tan Malaka dengan menjelaskan teori diktatur proletariat yang diperkenalkan oleh Karl Marx. Menurut Tan Malaka, diktatur proletariat sebagaimana dikemukakan oleh Marx hanya berlangsung selama periode transisi, yaitu selama berlangsungnya pemindahan penguasaan alat-alat produksi dari tangan kaum kapitalis ke tangan rakyat banyak.
Selanjutya, kaum pekerja yang sebelumnya telah tercerahkan di bawah panduan perjuangan kelas, akan mengambil peran sebagai penunjuk jalan dalam membangun keadilan Hal itu akan dicapai dengan cara menyelenggarakan produksi oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan berbagai institusi dalam masyarakat. Hal tersebut jelas sangat bertolak belakang dengan diktatur personal” (Hatta, 1981).
Penggalan kalimat Tan Malaka yang berbunyi “produksi oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan berbagai institusi dalam masyarakat” itu tentu mengingatkan kita pada penggalan kalimat yang terdapat dalam penjelasan pasal 33 IJUD 1945 sebagaimana dikemukakan tadi. Kemiripan kedua kalimat tersebut secara jelas mengungkapkan bahwa persinggungan Bung Hatta dengan konsep ekonomi kerakyatan setidak-tidaknya telah berlangsung sejak tahun 1922, sejak tahun pertama ia berada di negeri Belanda.
Perkenalan pertama itu tampaknya sangat berkesan bagi Bung Hatta, sehingga mendorongnya untuk melakukan pengkajian secara mendalam. Selain membaca bukubuku sosialisme, Bung Hatta juga memperluas pergaularmya dengan kalangan Partai Buruh Sosial Demokrat (SDAP) di Belanda. Bahkan, tahun 1925, sebagai aktivis Perhimpunan Indonesia, Bung Hatta sengaja memutuskan untuk melakukan kunjungan ke beberapa negara Skandinavia seperti Denmark, Swedia, dan Norwegia. Tujuannya adalah unluk mempelajari gerakan koperasi. dari dekat (Hatta, 1981).
Selepas menyelesaikan studi di Belanda, komitmen Bung Hatta terhadap ekonomi kerakyatan terus berlanjut. Salah satu tulisan yang mengungkapkan konsistensi komitmen Bung Hatta terhadap ekonomi kerakyatan adalah pamphlet yang disusunnya untuk
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) pada tahun 1932. Dalam pamphlet yang berjudul “Menuju Indonesia Merdeka” tersebut, Bung Hatta mengupas secara panjang lebar mengenai pengertian kerakyatan, demokrasi, dan arti penting demokrasi ekonomi sebagai salah satu pilar model demokrasi sosial yang cocok bagi Indonesia merdeka,
Sebagaimana ditulisnya, di atas sendi yang ketiga (cita-cita tolong-menolong-pen.) dapat didirikan tonggak demokrasi ekonomi. Tidak lagi orang seorang atau satu golongan kecil yartg mesti menguasai penghidupan orang bariyak seperti sekarang, melainkan keperluan dan kemauan rakyat yang banyak harus menjadi pedoman perusahaan dan penghasilan.
Sebab itu, segala tangkai penghasilan besar yang mengenai penghidupan rakyat harus berdasar pada milik bersama dan terletak di bawah penjagaan rakyat dengan perantaraan Badan-badan perwakilannya,” (Hatta, 1932).
Dengan latar belakang seperti itu, mudah dimengerti bila dalam kedudukan sebagai penyusun UUD 1945, Bung Hatta berusaha sekuat tenaga untuk memasukkan ekonomi kerakyatan sebagai prinsiop dasar sistem perekonomian Indonesia. Hal itu pula, saya kira, yang menjelaskan mengapa setelah menjabat sebagai wakil presiden, Bung Hatta terus mendorong pengembangan koperasi di Indonesia. Berkat komitmen tersebut, sangat wajar bila tahun 1947 Bung Hatta secara resmi dikukuhkan oleh Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Konsistensi komitmen Bung Hatta terhadap ekonomi kerakyatan itu bahkan berlanjut setelah beliau melepaskan jabatannya sebagai wakil presiden. Sebagaimana terungkap dalam tulisannya yang berjudul Demokrasi Kita, yang diterbitkan empat tahun setelah beliau meletakkan jabatannya sebagai wakil presiden pada taliun 1956, Bung Hatta sekali lagi mempertegas pentingnya penyelenggaraan ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi sebagai jalan dalam mewujudkan keadilan sosial di Indonesia.
Sebagaimana ditulisnya, “Demokrasi politik saja tidak dapat melaksanakan persamaan dan persaudaraan. Di sebelah demokrasi politik harus pula berlaku demokrasi ekonomi.
Kalau tidak, manusia belum merdeka, persamaan dan persaudaraan belum ada.Sebab itu cita-cita demokrasi Indonesa ialah demokrasi sosial., melingkupi seluruh lingkungan hidup yang menentukan nasib manusia,” (Hatta, 1960)…………. ” dstnya.
Saya membaca tulisan diatas dengan penuh rasa takjub akan kualitas pemikiran dan konsistensi perjuangan Bung Hatta sebagai salah satu bapak bangsa Indonesia, bersama dengan 1hattapara bapak bangsa lainnya seperti Bung Karno, Tan Malaka, Bung Syahrir, Haji Agus Salim, Mohammad Yamin, dan sederet nama besar lainnya.
Sangat banyak contoh-contoh perbuatan nyata yang ditinggalkan oleh mereka ini untuk generasi sesudah mereka. Hubungan pribadi yang hangat dan akrab walau ada perbedaan dalam politik, kesantunan, kegigihan dalam memperjuangkan cita-cita yang bernilai luhur, kesediaan berkorban, dan lain-lain.
Dalam suasana ”pesta demokrasi” yang bernama Pemilihan anggota Legislatif dan Presiden serta Wakil Presiden yang sedang berlangsung sekarang, tampak dengan jelas bahwa pemikiran Bung Karno dan Bung Hatta ternyata mampu melampaui masa kehidupan mereka.
BE042995Pemikiran Bung Karno tentang ”Marhaenisme”, ”Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari)”, dan ”Nasionalisme Indonesia”, serta pemikiran Bung Hatta tentang Demokrasi dan ”Ekonomi Kerakyatan”  ternyata masih hidup dan berkembang sampai saat ini, yang diusung oleh beberapa  partai politik.
Ini tentunya sangat melegakan, mengingat  bahwa pada era Reformasi akan terjadi proses koreksi atas kesalahan-kesalahan masa lalu, dan menetapkan dasar-dasar yang lebih kokoh dan baik untuk masa depan.
Masih sangat relevannya pemikiran para bapak bangsa tersebut untuk digunakan dalam menghadapi masa depan Indonesia  menunjukkan masih adanya benang merah yang menghubungkan perjuangan yang sudah dilakukan dari zaman kebangkitan Nasional tahun 1920an dengan perjuangan masa kini.
Kita ternyata masih konsisten meneruskan dan mengembangkan cita-cita mereka.
Nah, disinilah saya yang berstatus ’urang awak’ ini kemudian merasakan suatu ”kepedihan” ketika tersadar bahwa tidak ada tampak suatu benang merah yang menghubungkan  cita-cita, pemikiran dan perjuangan Bung Hatta  menyangkut ”Ekonomi Kerakyatan”  dan ”Koperasi” ini dengan upaya keras dan sungguh-sungguh untuk mengembangkan konsep sistim ekonomi besar ini  lebih lanjut di tanah kelahiran beliau sendiri di ranah Minang.
Beliau dikagumi, dihormati, dan dibanggakan oleh semua urang awak. Nama beliau ada pula diabadikan pada nama sebuah perguruan tinggi di ranah Minang (Universitas Bung Hatta),rumah beliau di Bukittinggi dijadikan perpustakaan, atau diabadikannya nama Hatta sebagai nama jalan atau bangunan (saya kurang tahu).
Tapi bagaimana dengan pemikiran dan cita-citanya ?
Tidak ada terdengar bahwa Universitas Bung Hatta atau Universitas Andalas atau Perguruan Tinggi lain di ranah Minang yang memiliki suatu Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan.
Justru pemikiran Bung Hatta dikembangkan secara sungguh-sungguh di Universitas Gajah Mada yang sejak lama telah mendirikan Pusat Studi tersebut dengan beberapa tokohnya yang dikenal secara luas seperti alm. Prof Mubyarto dengan konsep “Ekonomi Pancasila” nya.
Alhamdulillah UGM masih berada di wilayah NKRI.
Bagaimana pula rasa hati kita kalau satu waktu kelak ternyata “Ekonomi Kerakyatan” ini ternyata dikembangkan pula secara intensif oleh negara lain di lingkungan Asean ini ? Dan penerapannya mampu pula mendongkrak perkembangan ekonomi negaranya lebih maju pula dari kita ?
Alhamdulillah pula bahwa ternyata Drs. Revrisond Baswir adalah urang awak juga. Beliau inilah yang secara gigih mengembangkan, mengenalkan, dan memperjuangkan gagasan Bung Hatta (Bung Hatta  ternyata pada fase awal juga terilhami dari diskusi dengan Tan Malaka).
Tidak adakah minat dari Perguruan Tinggi di Sumbar (minimal) untuk  bekerja sama dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan yang di UGM tersebut dan Drs Revrisond Baswir guna mengembangkan pula Pusat Studi sejenis di Sumbar ?
Atau secara bersama mencoba mengimplementasikannya di Sumbar ? Mengembangkan jaringan koperasi sebagaimana yang dipelajari Bung Hatta tahun 1920an dari negara-negara Skandinavia yang ekonominya luar biasa majunya sampai saat ini ?
Apa hasil nyata dari Dinas Koperasi dan UKM di Sumbar ? Tidak adakah suatu “beban ekstra” yang membuat mereka bekerja dan berkarya secara lebih sungguh-sungguh karena ini adalah Dinas Koperasi dan UKM di tanah kelahiran Bung Hatta yang dibanggakan tersebut ?
Dan bagaimana pula dengan para ahli ekonomi urang awak ? Kenapa mereka tidak merasa terpanggil untuk mendalami dan mengembangkannya seperti atau bersama Drs Revrisond Baswir ?
Daftar pertanyaan ini bisa menjadi sangat panjang kalau diterus-teruskan.
Kalau saya bisa meniru DR Martin Luther King dalam ”bermimpi”,  I have also a dream…… bahwa suatu waktu kelak para siswa dari berbagai daerah di Indonesia, dan dari berbagai negara akan berduyun-duyun belajar ke perguruan-perguruan tinggi di ranah Minang……. mendalami ilmu Ekonomi Kerakyatan dan Koperasi………mengambil S1, S2, S3…….dan melakukan on-the-job-training di Koperasi-koperasi besar di ranah ini…….para  pakar  Koperasi urang awak  bertebaran di berbagai wilayah dan Negara untuk  mengajarkan konsep ekonomi baru dan Koperasi ini……….Pada zaman itulah, semua orang akan tahu bahwa kalau mau belajar Ekonomi Kerakyatan, datanglah ke ranah Minang………..
Di luar “mimpi” ini saya mengamati pula suatu pola pikir yang berkembang di kalangan sejumlah urang awak menyangkut Pilpres dan  “kebanggaan”  terhadap sesama urang awak yang dinilai sebagai berhasil atau terkategorikan sebagai orang besar.
Dari sebuah milis urang awak dapat diikuti sebuah diskusi hangat yang sudah berbau “kampanye” .  Ternyata cukup banyak  yang menjatuhkan pilihannya  pada  calon tertentu  dengan pertimbangan  antara lain karena  yang bersangkutan  berstatus “urang sumando”, sehingga diharapkan nanti ada jugalah ‘urang awak’ yang jadi ibu Negara……
Ironisnya di milis urang awak itu TIDAK ADA  yang menyebutkan bahwa dia tertarik dengan Capres tertentu yang  (walau baru sekadar ber”janji”) akan menerapkan sistim  “Ekonomi Kerakyatan”  yang sejatinya digagas dan diperjuangkan oleh Bung Hatta, putra Minang yang dibanggakan semua urang awak.
Dua pendapat ini basisnya adalah “kebanggaan”, tapi tetap terasa ada suatu perbedaan dalam dua jenis kebanggaan  tersebut. Yang satu berlingkup kepentingan lokal yang sempit, dan yang satunya lagi berlingkup kepentingan Nasional yang lebih luas dan mendasar.
Yang jelas, saat ini mimpi saya diatas benar-benar barulah hanya sekadar mimpi.
Kalau ada yang mau belajar “Ekonomi Kerakyatan” sekarang, tampaknya  pusat pengembangan dan para pakarnyanya ternyata  masih berada di UGM, Yogyakarta.Yogyakarta ternyata masih menjaga semangat kejuangan 1945 mereka secara konsisten.
Di Jakarta ada pula Perguruan Tinggi bernama Universitas Bung Karno. Tampaknya di sana “Marhaenisme” dan gagasan-gagasan Nasionalisme Bung Karno masih dipelajari oleh para mahasiswanya.
Pemikiran-pemikiran para bapak bangsa yang berasal dari ranah Minang tampaknya tidak dikembangkan lebih lanjut oleh generasi penerusnya di tanah kelahiran mereka sendiri, walau sejumlah hal yang mereka perjuangkan dulu masih relevan dengan situasi dan kondisi masa kini.
“Kebanggaan” yang nampak sekarang hanyalah  sebatas kebanggaan semu; kebanggaan yang tidak jelas manfaatnya, dan tidak jelas pula cara penggunaannya. Yang dicoba digali ternyata sesuatu yang lebih lama lagi, seperti sejarah masa silam Minangkabau yang berasal dari tambo, asal-usul orang Minang yang konon terkait dengan  sejumlah orang “berdarah biru” masa silam (termasuk Iskandar Zulkarnain), kisah kerajaan Pagaruyung, keinginan sejumlah pihak untuk menunjukkan kembali eksistensi kerajaan Pagaruyung di ranah Minang, dan lain sejenisnya.
Hmmm, “perubahan” yang rada heboh sih ada juga di negeri tercinta ini, yaitu fasilitas  rekreasi bernama  water boom ; yang saat ini di ranah Minang terdapat 2 a 3 pilihan  water boom; malah kabarnya masih akan bertambah pula dalam waktu dekat……….
Yah, ini pulalah baru tampaknya kemampuan pikir dan tindak kita di ranah tercinta ini…….

*) Sumber  kutipan :
Ekonomi Kerakyatan
Ekonomi  Rakyat  & Koperasi  Sebagai Sokoguru Perekonomian Nasional
oleh : Revrisond Baswir
Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Jogyakarta