Kata Mutiara

 "Sesungguhnya jika kita berbuat kebaikan, Kita BUKAN hanya sedang membantu orang atau mahkluk lain, Namun sesungguhnya kita sedang membantu diri kita sendiri agar menjadi lebih bahagia. Temukan kebahagiaan dengan memberi ", bila hati gembira segala penyakit akan berdiri jauh dari kita.

Selasa, 16 Maret 2010

Rela pada Ketentuan Allah

Oleh: Imam asy-Syafi’i

Biarkanlah hari-hari berbuat semaunya
Berlapang dada-lah kala takdir menimpa

Jangan berkeluh-kesah atas musibah di malam hari
Tiada musibah yang kekal di muka bumi
Jadilah laki-laki tegar dalam menghadapi tragedi
Berlakulah pema’af selalu menepati janji

Jika banyak aibmu di mata manusia
Sedang engkau berharap menutupinya
Bersembunyilah engkau di balik derma
Dengan derma aibmu tertutup semua

Jangan pernah terlihat lemah di depan musuhmu
Sungguh malapetaka jika musuh menertawaimu

Jangan berharap dari orang kikir kemurahan
Di neraka tiada air bagi orang yang kehausan
Rizkimu tidak berkurang karena kerja wajar perlahan
Berlelah-lelah tidak menambah rizki seseorang

Tiada kesedihan yang kekal tidak pula kebahagiaan
Tiada kesulitan yang abadi tidak pula kemudahan

Jika engkau berhati puas dan mudah menerima
Sungguh, antara engkau dan raja dunia tiada beda

Barangsiapa kematian datang menjemputnya
Langit dan bumi tak kan mampu melindunginya

Bumi Allah begitu lapang luas membentang
Namun seakan sempit kala ajal menjelang

Biarkanlah hari-hari ingkar janji setiap saat
Kematian tak mungkin dicegah dengan obat

Senin, 15 Maret 2010

Drowning in A Glass of Water

Sahabat Indonesia yang super,

yang sedang membangun kehidupan yang lebih besar daripada masalah-masalahnya, dan lebih kuat daripada keharusan-keharusannya.

Mudah-mudahan sapa saya di hari Senin yang kualitasnya ditentukan oleh kesungguhan kita untuk mendahulukan yang baik, menemui Anda dalam kedamaian dan kesehatan.

Terima kasih atas kehadiran para sahabat yang hadir di Grand Studio Metro TV sebagai audience dalam MTGW Live - TENGGELAM DALAM SEGELAS AIR, yang telah ditayangkan semalam oleh rekan-rekan super kita di Metro TV.

Saya juga berhutang rasa terima kasih yang dalam kepada para sahabat yang menuliskan comments di Facebook MT dan milist MTSuperClub. Kebaikan Anda-lah yang menjadikan kita sebuah keluarga besar yang ramah dan saling memuliakan satu sama lain.

Berikut adalah sebuah catatan sederhana yang saya tulis 10 tahun yang lalu, yang saat itu digunakan sebagai pointers bagi program radio yang saya layankan dalam sebuah program sindikasi nasional.

Tulisan tersebut, Drowning In A Glass Of Water adalah pointers yang kami gunakan untuk penyelenggaraan program MTGW - TENGGELAM DALAM SEGELAS AIR, yang telah kita nikmati semalam.

Please kindly enjoy, absorb, and apply.

...........

MARIO TEGUH SUPER NOTE
DROWNING IN A GLASS OF WATER
TENGGELAM DALAM SEGELAS AIR

...........



Tidak dibutuhkan air yang banyak untuk menenggelamkan kita. Hanya segelas air, yang dengan tidak bijak kita ijinkan masuk ke pernafasan kita.

...........

Jika Anda sedang merasa terjebak dalam sebuah lubang, berhentilah menggali.

Jika Anda sedang merasa tenggelam, jangan bernafas air. Udara yang kita hirup bisa saja sama, tetapi suasana hati kita-lah yang bisa menjadikan kita bernafas dalam-dalam dengan damai, atau yang tersedak-sedak dengan udara yang tidak jelas akan ke luar atau ke dalam.

Kenalilah suasana hati Anda - lebih dahulu, sebelum Anda memutuskan penilaian buruk pada apa pun yang sedang Anda alami. Karena, hal yang sedang Anda keluhkan itu, bisa saja adalah hal yang sama yang sedang dialami oleh seorang lain yang sedang cemerlang dalam karir dan hidupnya.

Kita hanya se-bahagia kesungguhan kita untuk memilih kebahagiaan.

Kita disebut makhluk yang bebas, karena kita memiliki kebebasan untuk memilih. Dan dari semua pilihan yang bebas kita ambil di dunia ini, yang paling besar dampaknya pada kualitas hidup kita adalah pilihan sikap.

Jika kita melihat masalah-masalah kita permanen, maka seolah-olah permanen-lah penderitaan kita. Jika kita melihat upaya kita - tidak akan mengeluarkan kita dari masalah, maka lemah-lah upaya kita untuk memperbaiki keadaan.

Maka, pilihlah untuk berbahagia, dan perhatikanlah bagaimana pilihan itu mulai mewujud segera setelah Anda memutuskan.

Bagi yang sedang tenggelam, gerakan apa pun selain gerakan tenggelam adalah pilihan yang lebih baik.

Maka percayailah undangan dan anjuran baik dari saudara-saudara kita yang telah membuktikan keindahan dalam keikhlasan untuk memilihkan yang baik sebagai pikiran, perasaan, dan perilaku.

Banyak orang yang sedang tenggelam memilih untuk tidak melakukan apa pun, membeku, dan bertanya-tanya mengapa mereka bernapas air. Yang lebih menyedihkan - sebagian dari mereka menolak anjuran-anjuran baik, karena itu semua masih belum tentu. Mereka tidak melihat, bahwa pilihan apa pun selain tenggelam, adalah pilihan yang lebih baik.

Kita akan terus merasa menderita, selama kita melihat diri kita menderita. Kita akan segera keluar dari perasaan mengasihani diri sendiri, jika kita melihat diri kita sebagai seorang yang berhak untuk berhasil, dan yang sedang mengupayakan keberhasilannya.

Kita cenderung untuk berfokus pada rasa sakit, lebih daripada upaya kita untuk meredakan rasa sakit itu.

Anda akan dikagetkan oleh kehebatan dari dampak ketegasan Anda untuk bertindak menghapus perasaan sedang tenggelam itu.

Kapan pun perasaan akan tenggelam itu datang, segera-lah bangkit.

Lakukanlah sesuatu yang selama ini telah Anda ketahui harus Anda lakukan, tetapi yang penundaannya menjadikan Anda merasa berhutang, merasa terlambat, dan telah membuat Anda merasa tidak bertanggung-jawab.

Tidak jarang kita terjebak dalam reaksi-reaksi jangka pendek terhadap masalah-masalah kita, dan kehilangan pandangan dari keuntungan jangka panjang, yang dihasilkan oleh upaya memposisikan diri kita untuk tanggap kepada yang penting dan yang prioritas.

Jika cara Anda memudahkan, tidak akan ada masalah yang menyulitkan.

Masalah memiliki kecenderungan untuk tampil lebih besar daripada ukuran aslinya, karena perkiraan-perkiraan kita mengenai penderitaan yang akan dibawanya kedalam hidup kita.

Itu sebabnya, sangat berhati-hatilah Anda dalam menyikapi masalah. Dahulukanlah logika Anda. Jangan biarkan emosi Anda bereaksi meledak-ledak atau merayap berlemah-lemah di hadapan sebuah masalah.

Ingatlah, bahwa

Masalah kecil, diperuntukkan bagi orang-orang kecil. Masalah-masalah besar, diperuntukkan bagi orang-orang besar.

Tidak akan ada kesalahan dalam alokasi ukuran masalah itu. Dan kita - adalah orang besar, atau yang sedang mengupayakan pembuktian dari kebesaran kita.

Maka, ingatlah.

Bukan lautan luas dan dalam yang dibutuhkan untuk menenggelamkan kita.
Hanya segelas air, yang dengan tidak bijak kita ijinkan masuk ke pernafasan kita.

Mereka yang bisa bergaul ramah dengan lautan, akan selalu menemukan cara untuk bernafas dengan leluasa, di dalam guncangan ombak.

Dan Anda, yang menemukan cara untuk bersikap ramah kepada kehidupan, akan selalu menemukan cara untuk menjadi berbahagia.

………..


Sahabat saya yang baik hatinya,

Mudah-mudahan Super Note di atas dapat melengkapi penyimakan dan catatan Anda mengenai bahasan MTGW - Tenggelam Dalam Segelas Air yang ditayangkan dengan super oleh rekan-rekan baik kita di Metro TV semalam.

Mudah-mudahan Tuhan menjadikan setiap jiwa di keluarga besar kita ini lebih kuat dari semua keharusan-keharusannya dalam membangun kehidupan yang besar dan bernilai bagi kebaikan hidup sesama.

Mudah-mudahan tahun 2010 yang dengan cepat menua ini, menjadi tahun keberuntungan besar bagi kita semua yang ikhlas mengabdikan diri dalam jalan-jalan kebaikan.

Mudah-mudahan putra-putri kita diberikan pengertian baik yang menjadikan mereka anak-anak yang membanggakan, murid yang bersungguh-sungguh, dan pribadi yang kehadirannya menggembirakan keluarga dan kerabat.

Mudah-mudahan Tuhan melembutkan hati kita dan hati pasangan kita, dan mengindahkan kebersamaan kita dengannya, agar kita bisa menjadi sahabat baik bagi satu sama lain.

Tidak ada teladan yang lebih berdampak bagi kebaikan anak-anak, selain persahabatan yang penuh kasih sayang dan penghormatan antara orang tua mereka.

Sahabat pria Indonesia yang baik hatinya,

mudah-mudahan Anda masih ingat salah satu Super Note saya yang agak lama, bahwa

Hadiah terbaik bagi anak-anak Anda, adalah mencintai Ibu mereka.

Hiduplah penuh kasih.
Itulah satu-satunya jalan keindahan hidup.

Sampai kita bertemu suatu ketika nanti, dan berjabat-tangan, dan ngobrol, dan tertawa, dan saling memuji, dan saling mensyukuri kebaikan hati masing-masing.

Wouldn't that be heavenly?

Mohon disampaikan salam sayang dari Ibu Linna dan saya, untuk keluarga Anda terkasih, yang menjadi alasan bagi semua kerja keras Anda.

Loving you all as always,

Mario Teguh
Founder | MTSuperClub | 081-211-56900 | For The Happiness Of Others | Jakarta

Minggu, 14 Maret 2010

Ibnu Rusyd (Averroes): The King of Philosopher

Ibnu Rushd Rusyd Averroes Abu Ya‘la al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd (1126-1198), atau yang lebih terkenal dengan sebutan Ibn Rusyd atau Averroes, adalah filosof Muslim Barat terbesar di abad pertengahan. Dia adalah pendiri pikiran merdeka sehingga memiliki pengaruh yang sangat tinggi di Eropa. Michael Angelo meletakkan patung khayalinya di atas atap gereja Syktien di Vatikan karena ia dipandang sebagai filosof free thinker. Dante dalam Divine Comedia-nya menyebutnya “Sang Komentator” karena dia dianggap sebagai komentator terbesar atas karya-karya Aristoteles.

Secara resmi, Ibn Rusyd memang diminta oleh Amir Abu Ya‘la Ya’qub Yusuf untuk menulis komentar atas berbagai karya Aristoteles, di mana untuk setiap buku dia membuat tiga kategori komentar: ringkasan (jami’), komentar singkat (talkhis) dan komentar detail (sharh atau tafsir). Yang terakhir disiapkan untuk mahasiswa tingkat tinggi. Akan tetapi, untuk jangka waktu yang sangat lama, di dunia Muslim, Ibn Rusyd tidak dikenal karena komentar-komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles, tapi karena Tahafut al-Tahafut-nya yang ditulisnya sebagai bantahan terhadap terhadap buku al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah. Komentar-komentarnya banyak berada di dunia Yahudi dan Kristen sehingga kebanyakan komentar-komentarnya tidak lagi ditemukan dalam bahasa Arab, tapi sudah dalam bentuk terjemahan bahasa Hebrew atau Latin.

Memang, Ibn Rusyd merupakang komentator besar karya-karya Aristoteles, namun perhatian intelektualnya yang vital dalam konteks pemikiran filsafat Islam diabaikan, kita telah berbuat tidak adil terhadapnya. Sekalipun bersikap sebaliknya juga sama tidak adilnya. Akan tetapi bagaimanapun juga, untuk memperoleh suatu pemahaman yang benar tentang pemikiran filosofis dan teologis Ibn Rusyd, sumber yang paling penting tentu saja Tahafut al-Tahafut.

Ia lahir di kota Cordova, Ibu Kota Andalusia.Kakeknya adalah seorang ahli fiqh dan ilmu hukum terkenal. Di samping menjabat sebagai imam besar di Masjid Jami’ Cordova, ia juga diangkat menjadi hakim agungn (qadi al-jama’ah). Setelah meninggal, jabatan hakim agung ini diteruskan oleh puteranya, ayah Ibn Rusyd.

Tampak di sini bahwa Ibn Rusyd terlahir dari keluarga ahli-ahli fiqh dan hakim-hakim. Tidak mengherankan jika salah satu karyanya yang sangat terkenal, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid, merupakan karyanya dalam bidang fiqh. Buku ini merupakan suatu studi perbandingan hukum Islam, di mana di dalamnya diuraikan pendapat Ibn Rusyd dengan mengemukakan pendapat-pendapat imam-imam fiqh.

Dia juga sebagai seorang dokter dan astronomer. Tapi, posisi ini kurang terkenal dibanding dengan reputasinya sebagai filosof. Dia dianggap sebagai salah satu dokter terbesar di zamannya. Menurut Sarton (G. Sarton, “Introduction of the History of Science, vol. II (Baltimore, 1931) dia adalah orang pertama yang menerangkan fungsi retina dan orang pertama yang menjelaskan bahwa serangan cacar pertama akan membuat kekebalan berikutnya pada orang yang bersangkutan.

Sebagai seorang penulis masalah obat-obatan, dia menyusun satu ensiklopedia yang berjudul Kitab al-Kulliyat fi al-Tibb. Ensiklopedi tersebut terdiri dari tujuh buku yang berhubungan dengan anatomi, fisiologi, patologi umum, diagnosis, materia medica, kesehatan dan terapi umum. Ensiklopedi ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin yang kemudian menjadi tex-book di berbagai universitas Kristen. Dia juga menulis komentar tentang puisi medis Ibn Sina, Arjuzah fi al-Tibb. Sebagai penulis masalah astronomi, dia menyiapkan ringkasan Almagest-nya Ptolemy dan juga menyusun satu karya tentang gerakan benda-benda langit dengan judul Kitab fi al-Harakah al-Aflak.

Filsafat Ibn Rusyd merepresentasikan titik kulminasi pemikiran Muslim dalam sebuah arah yang sangat esensial, yaitu memahami Aristoteles. Mulai al-Kindi, itu merupakan upaya dari seluruh filosof Muslim untuk memahami sistem pemikiran Aristoles, tapi kebanyakan di antara mereka tergelincir ke dalam jebakan Neoplatonisme. Para filosof Muslim tersebut mengira berbagai karya para filosof Neoplatonik sebagai karya Aristoles. Di masa Ibn Rusyd, banyak karya Aristoteles yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan tulisan-tulisan Pseudo-Aristotelian telah dikenali. Perbedaan utama antara Ibn sina dengan Ibn Rusyd adalah bahwa yang terakhir lebih memiliki pemahaman yang jelas dan luas tentang Aristoteles.

Arsitoteles, bagi Ibn Rusyd, adalah pemikir yang sangat besar, filosof terbesar yang pernah lahir, yang sama sekali tidak memiliki kesalahan dalam pikiran-pikirannya. Temuan-temuan baru dalam filsafat dan ilmu pengetahuan tidak ada perubahan yang signifikan dan substansial dari apa yang telah dielaborasi oleh Aristoteles. Tentu saja bahwa penilaian terhadap Aristoteles ini bisa jadi salah dalam hal posisinya dalam sejarah pemikiran manusia, tapi ketika Aristoteles bisa dipahami secara baik, sistemnya akan berkaitan dengan pengetahuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.

Ibn Rusyd sangat mengagumi logika Aristoteles. Ia menyatakan, “Tanpanya, orang tidak bisa bahagia dan sungguh kasihan bahwa Plato dan Socrates telah menyia-nyiakannya”. (Saeed Shaikh, Studies in Muslim Philosophy (Delhi: Adam Publishers & Distributors, 1994: 171-172). Karena penghormatannya yang sangat tinggi terhadap Aristoteles, Ibn Rusyd harus membayar sangat mahal. Dia diserang oleh kaum ortodoks karena usahanya untuk menjajarkan ajaran Aristoteles dengan Islam. Para teolog merasa bahwa Ibn Rusyd, dalam rangka untuk merekonsiliasi dogma Islam dengan filsafat Aristoteles, telah menodai ajaran Islam. Mereka sangat murka terhadap Ibn Rusyd dan menuduhnya telah murtad.

Salah satu akibat dari serangan para teolog terhadap doktrin-doktrin filsafat Ibn Rusyd adalah pada tahun 1194-1195, Amir Abu Ya‘la Yusuf Ya’qub al-Mansur, di Sevila, menyuruh untuk membakar semua tulisan Ibn Rusyd kecuali beberapa kita yang berisi tentang pengobatan, aritmatika dan astronomi.

Tuduhan yang paling keji justru datang dari Eropa-Kristen. Ernest Renan, sebagaimana yang dikutip Ahmad, menyatakan bahwa dunia Kristen menuduh Ibn Rusyd sebagai gembong ateis yang paling besar, musuh agama dan pembenci nabi-nabi suci. Dituduhkan bahwa ia pernah mengatakan bahwa dunia telah dirusak oleh tiga dajal: Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiga dajal tersebut adalah Musa yang membawa agama kanak-kanak, Isa yang membawa agama tidak rasional, dan Muhammad yang membawa agama babi. Ajarannya tidak boleh dipelajari dan buku-bukunya harus dimusnahkan. Para pengikutnya dikejar-kejar, bahkan ada yang dibakar.

Kejadian ini sebetulnya murni faktor politik. Selama masa Ibn Rusyd, kondisi politik di dunia Islam mengalami penurunan. Ketika berperang melawan Kristen, al-Mansur sangat membutuhkan bantuan para teolog dan ahli fiqh ortodoks. Perlu juga dicatat bahwa Amir al-Mansur ketika di Sevila tidak hanya menyuruh membakar buku-buku Ibn Rusyd, tapi juga menuduhnya telah murtad dan membuangnya ke Lucena, dekat Cordova. Tapi ketika sang Amir kembali ke Maroko pada tahun, dia membebaskan Ibn Rusyd dari hukuman buang dan mengundangnya ke istana dengan penuh penghormatan pada tahun 1197. Perubahan sikap Amir ini dapat dijelaskan bahwa penduduk Spanyol lebih ortodoks daripada penduduk Berber.

Tapi, setahun kemudian, ia meninggal dunia. Tepatnya pada tanggal 10 desember 1198 di kota Marakish, Ibu Kota Maroko. Setahun kemudian sang Khalifah juga meninggal dunia.

Doktrin utama filsafat Ibn Rusyd yang membuatnya dicap sebagai murtad berkaitan dengan keabadian dunia, sifat pengetahuan Tuhan dan kekekalan jiwa manusia dan kebangkitannya. Membaca sekilas tentang Ibn Rusyd memang bisa memberi kesan bahwa dia murtad dalam hubungannya dengan masalah-masalah tersebut, tapi penelaahan yang serius akan membuat orang sadar bahwa dia sama sekali tidak menolak ajaran Islam. Dia hanya menginterpretasikannya dan menjelaskannya dengan caranya sehingga bisa sesuai dengan filsafat.

Terhadap doktrin keabadian dunia, dia tidak menolak prinsi penciptaan (creation), tapi hanya menawarkan satu penjelasan yang berbeda dari penjelasan para teolog. Ibn Rusyd memang mengakui bahwa dunia itu abadi, tapi pada saat yang sama membuat pembedaan yang sangat penting antara keabadian Tuhan dengan keabadian dunia. Ada dua macam keabadian: keabadian dengan sebab dan keabadian tanpa sebab. Dunia bersifat abadi karena adanya satu agen kreatif yang membuatnya abadi. Sementara, Tuhan abadi tanpa sebab. Lebih dulunya Tuhan atas manusia tidak terkait dengan waktu. Keberadaan Tuhan tidak ada kaitannya dengan waktu karena Dia ada dalam keabadian yang tak bisa dihitung dengan skala waktu. Lebih dulunya Tuhan atas dunia ada dalam keberadaan-Nya sebagai sebab yang darinya muncul semua keabadian.

Bagi Ibn Rusyd, tidak ada creatio ex nihilio, tapi penciptaan adalah proses perubahan dari waktu ke waktu. Menurut pandangan ini, kekuatan kreatif terus-menerus bekerja dalam dunia, menggerakannya dan menjaganya. Adalah mudah untuk menyatukan pandangan ini dengan konsep evolusi.

Ibn Rushd – The King Philosopher By Dr. M. A. Muqtedar Khan

(First Published in Islamic Horizons Sept/Oct 1998, pp. 48-49.)

Sudah Tepatkah Cara Ortu Merespon Anak Ketika Mereka Berbicara Kasar?

Tulisan ini saya buat setelah mendengarkan cerita seorang sahabat tentang anaknya yang berbicara kasar kepada orang lain. Setiap kali anaknya berbicara kasar, respon yang diberikan oleh sahabat saya adalah memarahi anaknya agar kata-kata itu tidak diucapkan lagi. Mungkin hal ini juga yang akan dilakukan oleh kebanyakan orang tua.

Tapi, apakah memang benar seperti itu? Apakah dengan cara seperti itu anak tidak akan mengucapkan kembali kata-kata kasar?

Sebenarnya mengapa anak kita berbicara kasar?

Yang dimaksud dengan kata kasar disini meliputi kata-kata yang ditujukan untuk melecehkan dan menyakiti orang lain, maupun kata-kata yang berhubungan dengan seksual

-Alasan utama anak berbicara kasar adalah anak ingin mencari perhatian . Karena ketika mengucapkan kata-kata kasar, umumnya orang tua akan memberikan perhatian kepada anak

-Untuk mengagetkan orang tua. Merupakan sesuatu hal yang menyenangkan untuk anak ketika berhasil membuat orang dewasa terkejut, dan ini membuat anak merasa superior dibandingkan orang dewasa

-Ada juga anak-anak yang mengucapkan kata-kata kasar untuk melepaskan kemarahan atau perasaan frustasi yang dialaminya, dengan demikian ketegangan yang dialaminya berkurang

-Anak juga seringkali mengucapkan kata-kata kasar karena ingin diterima oleh teman-temannya karena mereka juga berbicara seperti itu.

Bagaimana mencegah agar anak kita tidak berbicara kasar ?

Kalau kita ingin anak kita memiliki tutur kata yang baik, tentunya kita juga harus memberikan contoh bagaimana bertutur kata yang baik. Sama seperti tulisan yang dimuat sebelumnya “hati-hati anak anda mengamati dan mencontek anda”. Dalam keadaan seperti apapun, orang tua harus memberikan contoh bagaimana bertutur kata baik, termasuk ketika marah, kesal atau dalam keadaan tidak menyenangkan, karena anak mengamati dan mempelajari dari apa yang dikatakan dan dilakukan orang tua.

Sekarang bagaimana kalau anak terlanjur mendengarkan kata-kata kasar dan ikut mengucapkannya, apa yang harus kita lakukan?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengabaikannya. Karena kebanyakan anak mengucapkan hal itu tidak tahu artinya dan hanya ingin mencari perhatian orang tua. Jika anak kemudian melihat kita tidak merespon apa yang ia ucapkan, ia tidak akan mengulangi menyebutkan kata-kata kasar tersebut.

Pakai metode “menanyakan lagi”. Karena salah tujuan anak mengucapkan kata-kata kasar ingin membuat orang tua kaget dengan kata-kata kasar yang diucapkannya. Maka, dari pada orang tua merasa terkejut dan terganggu dengan apa yang diucapkan anak, jika anak sudah bisa diajak diskusi, lebih baik orang tua menerapkan metode “menanyakan lagi” . misalnya ketika anak mengatakan “ sialan” orang tua bisa menanyakan “ apa artinya kata itu? Ummi atau abi tidak mengerti” ketika ditanyakan seperti itu, biasanya anak akan kebingungan dan nantinya akan meninggalkan kebiasaannya berkata kasar.

Ketika orang tua mendapati bahwa anak mengucapkan kata-kata kasar karena sedang mengalami frustasi. Cobalah berempati pada anak, katakan bahwa yang ia alami mungkin terasa berat, tapi ummi dan abi akan coba bantu.

Cara lain yang bisa dipakai, orang tua mencatat berapa kali dalam sehari anak mengucapkan kata-kata kasar. Lalu katakan pada anak, ummi akan buat catatan, kalau setiap jam kamu tidak mengucapkan kata-kata kasar, ummi akan memberi tanda bintang di catatan ini. Nanti semakin banyak tanda bintang yang kamu kumpulkan, ummi akan ajak kamu jalan-jalan. Ummi atau abi juga jangan lupa untuk memuji anak setiap kali ia tidak mengucapkan kata-kata kasar dalam setiap jam atau dalam waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian, karena yang direspon oleh orang tua adalah ketika anak berkata baik, maka ia akan mengulang terus untuk berkata baik.

Ingat: anak akan mengulangi perilaku yang mendapatkan respon dari orang tua, jadi responlah perilaku yang baik dari anak bukan malah sebaliknya.

Note: Tulisan ini dibuat bukan untuk mengatakan bahwa orang tua saya salah, tetapi sebagai orang tua seringkali mereka tidak tahu harus merespon seperti apa terhadap perilaku anak-anaknya. Mungkin dimaklumi ketika menjadi orang tua, sebelumnya tidak pernah mendapatkan sekolah khusus. Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat.

(av/voa-islam)

Sabtu, 06 Maret 2010

Analogi Mencari Cinta

Bis seperti apa yang kamu tunggu?

Cinta itu sama seperti orang yang menunggu bis ketika akan berangkat pagi hari ke tempat kerja.

Sebuah bis datang, dan kamu bilang, "Wah.. terlalu penuh, sumpek, bakalan nggak bisa duduk nyaman neh! Aku tunggu bis berikutnya aja deh."

Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, "Aduh bisnya kurang asik nih, nggak bagus lagi.. nggak mau ah.."

Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi seakan-akan dia tidak melihatmu dan lewat begitu saja.

Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, bisa kepanasan aku". Maka kamu membiarkan bis keempat itu pergi.

Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor.

Ketika bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju! Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama.

Moral dari cerita ini :

sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kamu pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.

Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita.

Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju.

Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat...

tapi kamu masih bisa berteriak 'Kiri'! dan keluar dengan sopan.

Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.

Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan kamu menemukan bis yang kamu sukai dan bisa kamu percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu, agar dia dapat memberi kesempatan kepadamu untuk masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.

Lalu bis seperti apa yang kamu tunggu?

Selasa, 02 Maret 2010

Kekuatan Akhlak

“Ya Allah, Engkau telah menciptakanku dengan baik, maka baguskanlah akhlakku” (HR Ahmad)

Dalam kehidupannya, manusia ingin selalu memiliki ‘sesuatu’ yang dapat dipandang sebagai kekuatan dirinya. Ia amat berharap dengan kekuatan diri yang ia miliki, ia akan dihormati oleh orang lain, diterima di masyarakatnya dan menjadi teladan bagi banyak orang. Banyak dari kita menganggap bahwa ‘sesuatu yang menguatkan diri itu adalah harta, kekuasaan dan ilmu.

Ilmu pada awalnya akan membuka jalan bagi seseorang untuk memperoleh harta ataupun kekuasaan. Dengan harta, seseorang dapat beroleh kuasa. Ia akan dapat ‘membeli’ apa saja yang ia inginkan. Jangankan materi, orang-orang yang tadinya jauh dari ketundukan kepadanya, dapat ia ‘beli’ dan menjadi seseorang yang selalu menuruti keinginannya. Demikian juga dengan kekuasaan yang dimiliki, ia dapat berbuat apa saja untuk mengatur dan merekayasa segala hal yang dapat menguntungkan dirinya termasuk untuk mendapatkan harta yang banyak.

Harta dan kekuasaan pada akhirnya menjadi ikon yang amat diimpikan oleh siapapun dalam kehidupan ini. Kita hanya dapat berkata bahwa untuk meraih kesuksesan, orang harus memiliki harta dan kekuasaan. Tiada lain dan tiada bukan dengan keduanya seseorang akan dinilai ‘sukses’ dalam hidupnya. Sukses pula yang, kita pikir, dapat mengantarkan manusia menjadi bahagia dalam hidupnya karena semua keinginannya akan terpenuhi dan hidup sangat mapan dan bahagia.

Rasulullah mengajarkan kepada kita suatu hal yang amat sederhana yang dapat menjadi kekuatan diri. Sesuatu yang akan menjadi sebuah kekuatan besar dalam diri seorang hamba Allah.

Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari, Muslim dan At Tirmidzi).

Seharusnya dengan ilmu yang dimiliki, seseorang akan menjadi lebih baik dalam kehidupannya. Sejak kecil kita selalu diingatkan akan sebuah falsafah hidup, ‘ilmu padi’. Ketika makin berisi, ia semakin merunduk. Ilmu yang kita dapatkan seharusnya dapat memberi ketentraman pada diri sendiri dan maslahat bagi orang-orang disekitar kita. Harta dan kekuasaan bukanlah sebuah kekuatan diri melainkan hanya sarana untuk berbuat kebajikan.

Kita melihat disekeliling kita saat ini, begitu banyak keburukan yang bersumber pada akhlak yang buruk pula. Sifat Kasar, Ceroboh, tipu menipu, ingin menonjolkan diri dan memaksakan kehendak adalah beberapa contoh yang sangat nyata disekeliling kita. Lihatlah prilaku pengandara motor dan mobil yang ada dijalanan. Saling serobot dan enggan untuk mengalah adalah bagaikan menu sehari-hari yang harus kita telan, suka atau tidak suka. Demikian juga dengan prilaku perdagangan dan bisnis. Saat ini ketidakjujuran, demi keuntungan yang sedikit, menjadi hal yang dominan sehingga menimbulkan ketidakpercayaan.

Jika kita telusuri, sebuah hadish Nabi dapat menjadi penjelasnya. Rasulullah Saw bersabda, “Aku diutus (menjadi rasul oleh Allah Azza wa Jalla) untuk memperbaiki akhlak” (HR Bukhari dan Muslim). Inilah sebenarnya essensi dari ajaran islam itu. Siapapun yang bertaqwa pastilah akan memancar dari dirinya akhlak yang terpuji. Allah Azza wa Jalla memuji Rasulullah Saw dengan sebuah ayat di Al Quran, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (QS Al Qaam [68]:4).

Satu yang dapat menjadi renungan bagi kita saat ini. Pantaskah kita yang mengaku mencintai Rasulullah dan selalu ingin mengamalkan ajarannya malah menjadi manusia-manusia yang terbiasa memaksakan kehendak? Bersifat kasar? Ingin menang sendiri? Tidak mau berbagi walaupun merasa cukup? Dan menjadikan kebohongan menjadi bagian dari kesehari-harian kita?

Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, sebahagian kita menyambutnya dengan gegap gempita perayaan maulid nabi, sedangkan sebagian dari kita berusaha menghindarinya karena takut akan sebuah pekerjaan yang bid’ah. Terlepas dari segala kontroversinya, ternyata apa yang Rasulullah Saw sampaikan itu belumlah merasuk dalam diri kita. Sebuah essensi ajaran yang sederhana yang dapat menjadi kekuataan diri: ‘akhlak yang mulia’ yang akan menjadi cahaya bagi diri kita dimanapun kita berada dan terhindar dari segala fatamorgana kehidupan dunia yang bisa jadi melalaikan dan teramat tidak penting.

Dalam sebuah kehidupan yang amat sangat singkat ini, hendaklah selalu kita resapi apa yang menjadi pesan seorang manusia agung, Rasulullah Saw:

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik supaya perbuatan baik itu menghapus perbuatan buruk (yang telah dilakukan), bergaulah dengan orang lain dengan bersandar pada akhlak yang terpuji.” (HR At Tirmidzi)

“Amal yang menjadikan timbangan seorang mukmin berat di hari akhirat kelak adalah akhlak yang terpuji. Sesungguhnya Allah membenci orang yang melewati batas-batas (kewajaran) dan tidak punya sopan santun.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Hibban)


Yang fakir kepada ampunan
Rabb-nya Yang Maha Berkuasa

Senin, 01 Maret 2010

Mengapa Pemimpin Disebut Pemimpin...

Ketika anda berdiri di depan rakyat banyak.
Berdiri dengan gagah, seolah dunia berada di pijakan.
Menunjukkan telunjuk jauh ke depan.
Menjanjikan padang rumput hijau tempat ternak berkembang.
Mengiming-imingi cahya terang benderang.
Kala itu, jangan, sekali lagi jangan, bayangkan anda jadi seorang
maharaja dengan sekepal kekuasaan di tangan.
Kala itu, jangan, sekali lagi jangan, bermimpi anda jadi kaisar
bermahkotakan mutu manikam.
Itu tak lebih dari angan-angan usang penyumpal lubang telinga kami.

Mungkin benar, bahwa anda berdiri penuh pesona di sana sebagai pemimpin
agung, penunjuk jalan sejarah, atau bahkan maha raja di raja.
Namun, semestinya anda juga sadar, sekali lagi sadar sepenuh hati, bahwa
anda seharusnya siap menjadi seorang martir bagi rakyat, negara, dan
seluruh dunia ini.
Karena kami mengikuti anda bukan cuma meminta sedikit keringat anda,
atau setetes air mata anda, melainkan sekujur darah anda, dan selembar
nyawa anda yang tipis itu.
Pengorbanan anda seutuhnya.

Itulah mengapa pemimpin disebut pemimpin...

ps: semua ini untuk menyemangati diri dengan jiwa besar dan pikiran yg besar

Istri Sholeha, Keutamaan dan Sifat-Sifatnya

Apa yang sering diangankan oleh kebanyakan laki-laki tentang wanita yang bakal menjadi pendamping hidupnya? Cantik, kaya, punya kedudukan, karir bagus, dan baik pada suami. Inilah keinginan yang banyak muncul. Sebuah keinginan yang lebih tepat disebut angan-angan, karena jarang ada wanita yang memiliki sifat demikian. Kebanyakan laki-laki lebih memperhatikan penampilan dzahir, sementara unsur akhlak dari wanita tersebut kurang diperhatikan. Padahal akhlak dari pasangan hidupnya itulah yang akan banyak berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya.

Seorang muslim yang shalih, ketika membangun mahligai rumah tangga maka yang menjadi dambaan dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah tangganya kelak berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah wa rahmah, sarat dengan kebahagiaan, adanya saling ta‘awun (tolong menolong), saling memahami dan saling mengerti. Dia juga mendamba memiliki istri yang pandai memposisikan diri untuk menjadi naungan ketenangan bagi suami dan tempat beristirahat dari ruwetnya kehidupan di luar. Ia berharap dari rumah tangga itu kelak akan lahir anak turunannya yang shalih yang menjadi qurratu a‘yun (penyejuk mata) baginya. Demikian harapan demi harapan dirajutnya sambil meminta kepada Ar-Rabbul A‘la (Allah Yang Maha Tinggi) agar dimudahkan segala urusannya.

Namun tentunya apa yang menjadi dambaan seorang muslim ini tidak akan terwujud dengan baik terkecuali bila wanita yang dipilihnya untuk menemani hidupnya adalah wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman hidup yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan mendorong suaminya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dalam diri wanita shalihah tertanam aqidah tauhid, akhlak yang mulia dan budi pekerti yang luhur. Dia akan berupaya ta‘awun dengan suaminya untuk menjadikan rumah tangganya bangunan yang kuat lagi kokoh guna menyiapkan generasi Islam yang diridhai Ar-Rahman.

Sebaliknya, bila yang dipilih sebagai pendamping hidup adalah wanita yang tidak terdidik dalam agama1 dan tidak berpegang dengan agama, maka dia akan menjadi duri dalam daging dan musuh dalam selimut bagi sang suami. Akibatnya rumah tangga selalu sarat dengan keruwetan, keributan, dan perselisihan.Istri seperti inilah yang sering dikeluhkan oleh para suami, sampai-sampai ada di antara mereka yang berkata:

“Aku telah berbuat baik kepadanya dan memenuhi semua haknya namun ia selalu menyakitiku.”

Duhai kiranya wanita itu tahu betapa besar hak suaminya, duhai kiranya dia tahu akibat yang akan diperoleh dengan menyakiti dan melukai hati suaminya… Namun dari mana pengetahuan dan kesadaran itu akan didapatkan bila dia jauh dari pengajaran dan bimbingan agamanya yang haq? Wallahu Al-Musta‘an.

Keutamaan Wanita Shalihah

Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu:
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya3, bila diperintah4 akan mentaatinya5, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417.

Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

Berkata Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah:
Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu. Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu.” (‘Aunul Ma‘bud, 5/57)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda:
Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)

Ketika Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)

Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi wanita shalihah dengan anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang selainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)

Empat hal tersebut merupakan faktor penyebab dipersuntingnya seorang wanita dan ini merupakan pengabaran berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untuk mengumpulkan perkara-perkara tersebut, demikian kata Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah. Namun dzahir hadits ini menunjukkan boleh menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara tersebut, akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama. (Fathul Bari, 9/164)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
maknanya: yang sepatutnya bagi seorang yang beragama dan memiliki muruah (adab) untuk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dalam segala sesuatu terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama bersamanya (istri). Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendapatkan seorang wanita yang memiliki agama di mana hal ini merupakan puncak keinginannya.” (Fathul Bari, 9/164)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
Dalam hadits ini ada anjuran untuk berteman/bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yang baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka. (Syarah Shahih Muslim, 10/52)

Sifat-sifat Istri Shalihah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa: 34)

Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata: Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: Wanita shalihah adalah yang taat, yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian,), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dengan istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Jika sampai Nabi menceraikan kalian,7 mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ‘abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis. (At-Tahrim: 5)

Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu:
a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), tunduk kepada perintah Allah ta‘ala dan perintah Rasul-Nya.
b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala
c. Qanitat: wanita-wanita yang taat
d. Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.
e. ‘Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma).
f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)
Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
2. Tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya.
Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.
4. Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.
5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.
6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.

Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya:
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.(HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.

3. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:
Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?

Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab.
Aku (Asma) pun menjawab: Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya. (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)

4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.
Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda: Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

7. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar‘i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)“Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya).” (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)

Demikian yang dapat kami sebutkan dari keutamaan dan sifat-sifat istri shalihah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kepada kita agar dapat menjadi wanita yang shalihah, amin.
Atau ia belajar agama namun tidak mengamalkannya
2 Tempat untuk bersenang-senang (Syarah Sunan An-Nasai oleh Al-Imam As-Sindi rahimahullah, 6/69)
3 Karena keindahan dan kecantikannya secara dzahir atau karena bagusnya akhlaknya secara batin atau karena dia senantiasa menyibukkan dirinya untuk taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Ta‘liq Sunan Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kitabun Nikah, bab Afdhalun Nisa, 1/596, ‘Aunul Ma‘bud, 5/56)

4 Dengan perkara syar‘i atau perkara biasa (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
5 Mengerjakan apa yang diperintahkan dan melayaninya (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
6 Bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq.

7 Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui bahwasanya Nabi-Nya tidak akan menceraikan istri-istrinya (ummahatul mukminin), akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada ummahatul mukminin tentang kekuasaan-Nya, bila sampai Nabi menceraikan mereka, Dia akan menggantikan untuk beliau istri-istri yang lebih baik daripada mereka dalam rangka menakuti-nakuti mereka.

Ini merupakan pengabaran tentang qudrah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ancaman untuk menakut-nakuti istri-istri Nabi ?, bukan berarti ada orang yang lebih baik daripada shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126) dan bukan berarti istri-istri beliau tidak baik bahkan mereka adalah sebaik-baik wanita.

Al-Qurthubi rahimahullah berkata:
Permasalahan ini dibawa kepada pendapat yang mengatakan bahwa penggantian istri dalam ayat ini merupakan janji dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seandainya beliau menceraikan mereka di dunia Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menikahkan beliau di akhirat dengan wanita-wanita yang lebih baik daripada mereka.” (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/127)