Kata Mutiara

 "Sesungguhnya jika kita berbuat kebaikan, Kita BUKAN hanya sedang membantu orang atau mahkluk lain, Namun sesungguhnya kita sedang membantu diri kita sendiri agar menjadi lebih bahagia. Temukan kebahagiaan dengan memberi ", bila hati gembira segala penyakit akan berdiri jauh dari kita.

Minggu, 28 Februari 2010

SUAMI, NAKHODA RUMAH TANGGA...

Penulis : Al Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah

“Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka (kaum pria) di atas sebagian yang lain (kaum wanita) dan disebabkan kaum pria telah membelanjakan sebagian dari harta mereka…”. (An-Nisa: 34)

Demikian indahnya tuturan kalam Ilahi di atas menetapkan tatanan hidup yang pasti mengantarkan kepada kebahagiaan. Namun manusia yang durjana ingin merubah keindahan tatanan tersebut. Akibatnya musibah datang silih berganti dan malapetaka semakin meluas. Wanita yang seharusnya tunduk di bawah kepemimpinan pria menjadi sebaliknya, ia yang memimpin. Padahal Rasul yang mulia Shallallahu ‘alahih wasallam jauh sebelumnya telah berpesan dalam sabdanya yang agung :

“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada seorang wanita”. (Shahih, HR. Bukhari No. 4425)

Pembaca yang mulia…
Kita tahu setiap rumah tangga butuh seorang pemimpin untuk mengatur keperluan rumah tersebut berikut penghuninya dan ia bertanggung jawab atas seluruh penghuni rumah. Karena begitu besar perannya maka ia harus didengar dan ditaati selama tidak memerintahkan maksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan dengan hikmah-Nya yang agung, Allah Subhanahu wa ta’ala memilih pria untuk menjadi pemimpin tersebut!
“Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita…” (An-Nisa: 34)

Berkata Al Imam Ath Thabari rahimahullahu menafsirkan ayat di atas: “Kaum pria merupakan pemimpin bagi para wanita dalam mendidik dan membimbing mereka untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah dan kepada suami-suami mereka. Karena Allah telah melebihkan kaum pria di atas istri-istri mereka dalam hal pemberian mahar dan infak (belanja) dari harta mereka guna mencukupi kebutuhan keluarga. Hal itu merupakan keutamaan Allah tabaraka wa ta`ala kepada kaum pria hingga pantaslah mereka menjadi pemimpin kaum wanita…”.

Kemudian Al Imam Ath Thabari rahimahullahu menukilkan tafsiran Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu terhadap ayat di atas: “Pria (suami) merupakan pemimpin wanita (istri) agar wanita itu mentaatinya dalam perkara yang Allah perintahkan dan mentaatinya dengan berbuat baik kepada keluarganya dan menjaga hartanya. Bila si istri enggan untuk taat kepada Allah, boleh bagi suami untuk memukulnya dengan pukulan yang tidak memberi cacat…”.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu juga menyatakan pria lebih utama dari wanita dengan nafkah yang diberikannya dan usahanya. (Lihat Tafsir Ath Thabari, 5/57-58)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa‘di rahimahullahu berkata setelah membawakan ayat ini dalam tafsir beliau: “Pria memimpin wanita dengan mengharuskan mereka menunaikan hak-hak Allah ta‘ala seperti menjaga apa yang diwajibkan Allah dan mencegah mereka dari kerusakan. Mereka juga memimpin kaum wanita dengan memberi belanja/nafkah, memberi pakaian dan tempat tinggal”. (Taisir Al Karimir Rahman fi Tafsir Al Kalamin Mannan hal. 177)

Dari ayat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah lewat, dapatlah dipahami bahwa pria dijadikan pemimpin bagi wanita karena dua perkara:
Pertama, Allah telah melebihkan pria atas wanita dari berbagai sisi di antaranya pria secara khusus diberi wewenang untuk memimpin negara, sementara bila ada wanita yang memimpin negara maka ditujukan kepadanya sabda Nabi Shallallahu ‘alahih wasallam :
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita”. (Shahih, HR. Bukhari)

Demikian pula dalam masalah kenabian dan kerasulan, khusus diangkat dari kalangan pria sebagaimana firman-Nya :
“Tidaklah Kami mengutus rasul-rasul sebelummu (wahai Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka.” (Al-Anbiya: 7)

Allah Subhanahu wa ta’ala mengkhususkan kaum pria dalam banyak ibadah seperti jihad, shalat jum‘at dan lainnya. Demikian pula Allah anugerahkan kepada mereka akal yang kuat, kesabaran dan keteguhan hati yang tidak dimiliki oleh wanita. (Taisir Al Karimir Rahman fi Tafsir Al Kalamin Mannan hal. 177)

Kedua, Allah membebankan kepada pria (suami) untuk menafkahi istrinya .

Ibnu Katsir rahimahullahu ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“…dan disebabkan kaum pria telah membelanjakan sebagian dari harta mereka…” (An-Nisa: 34)

Beliau menyatakan: (Harta yang mereka belanjakan) berupa mahar, nafkah dan tanggungan yang Allah wajibkan pada mereka seperti yang tersebut dalam kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alahih wasallam. Maka pria lebih utama dari wanita dan ia memiliki kelebihan dan keunggulan di atas wanita karena itu ia pantas menjadi pemimpin bagi wanita sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Para suami memiliki kelebihan satu tingkatan di atas para istri”. (Al-Baqarah: 228)

Ketika menafsirkan ayat di atas, beliau t menyatakan: “Para suami memiliki kelebihan satu tingkatan di atas para istri yaitu dalam keutamaan, dalam penciptaan, tabiat, kedudukan, keharusan mentaati perintahnya (yakni istri harus taat dengan suaminya selama tidak memerintahkan untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), dalam memberikan infak/belanja…. (Tafsir Ibnu Katsir 2/278)

Nabi Shallallahu ‘alahih wasallam dalam sabda-sabdanya juga banyak menyinggung kelebihan pria atau suami dibanding wanita. Di antaranya bisa kita baca berikut ini:

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”(HR. Tirmidzi, dan dikatakan oleh Syaikh Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Tirmidzi no. 926: hasan shahih)

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah niscaya akuperintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang istri dapat menunaikan hak Tuhannya hingga ia menunaikan hak suaminya seluruhnya. Sampai-sampai seandainya suaminya meminta dirinya (mengajaknya bersenggama) sementara dia sedang berada di atas pelana (yang dipasang di atas unta) dia tidak boleh menolaknya”. (HR. Ahmad dalam Musnadnya, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami` 5295 dan Irwaul Ghalil 1998)

Istri yang menolak ajakan senggama dari suaminya diancam oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sabda beliau: “Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak untuk datang maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi”. (Shahih, HR. Bukhari no. 5193 dan Muslim no.1436).

Dalam riwayat Muslim (no. 1436): “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak ajakan suaminya melainkan yang di langit murka pada istri tersebut sampai suaminya ridha padanya”.

Nabi Shallallahu ‘alahih wasallam bersabda ketika ditanya kriteria istri yang baik:
“Istri yang menyenangkan ketika dipandang oleh suaminya, taat kepada suaminya ketika diperintah dan ia tidak menyelisihi suaminya dalam perkara yang tidak disukai suaminya baik dalam dirinya maupun harta suaminya. (HR. Ahmad. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam As Shahihul Jami` no. 3398, Al Misykat 3272 dan As Shahihah 1838)

Seorang istri tidak diperkenankan puasa sunnah ketika suaminya berada di rumah kecuali setelah mendapat izin darinya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alahih wasallam:
“Tidak boleh seorang istri puasa sunnah sementara suaminya ada di rumah kecuali setelah mendapat izin dari suaminya”. (Shahih, HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026)

Seorang istri diperkenankan keluar rumah untuk shalat di masjid bila telah mendapatkan izin suaminya. Nabi Shallallahu ‘alahih wasallam menuntunkan: “Apabila istri salah seorang dari kalian minta izin ke masjid maka janganlah ia melarangnya”. (Shahih, HR. Bukhari no. 5238 dan Muslim no. 442)

Dari beberapa dalil yang telah disebutkan jelaslah bagaimana tingginya kedudukan seorang suami. Semua itu menunjukkan bahwa suamilah yang berhak memimpin keluarganya. Dialah yang pantas sebagai nahkoda bagai sebuah bahtera yang ingin pelayarannya berakhir dengan selamat ke tempat tujuan. Inilah pembagian Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Adil maka tidak pantas seorang hamba yang mentaati-Nya untuk memprotes ketetapan-Nya. Bukankah Dia Yang Maha Tinggi telah berfirman:
“Dan janganlah kalian iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak daripada sebagian yang lain. (Karena) bagi kaum pria ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi kaum wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Karena itu mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (An-Nisa: 32)

Wallahu ta‘ala a‘lam bishshawwab.

Dibawah Naungan "Cinta", karena Cinta adalah "Kekuatan"

“CINTA adalah kekuatan”..satu kalimat yang ingat dengan pasti dalam potongan salah satu dialog film KCB.

Seolah desiran angin lembut memasuki celah-celah hati yang tersembunyi di balik dada..sejuk..Jika aku lihat lebih dalam lagi. Butiran-butiran embun itu mulai membasuhi dinding-dinding hatiku. Hanya saja aku meminta pada “airmata” jangan ikut meramaikan suasana sendu ini..
Jika memang cinta adalah kekuatan..bagiku tak ada yang dapat menghalangi meneruskan perjuangan ini…
Jika cinta adalah kekuatan..seharusnya bisa membuat aku lebih kuat untuk menghadapi tantangan dan masalah di depan mata…
Jika cinta adalah kekuatan.. bagiku tak ada yang sulit menyatukan segala “perbedaan” ini…
Karena cinta…mudah mengubah amarah…
Karena cinta…menyembuhkan luka…
Dibawah ini aku tulis kembali puisi tentang “cinta” dng perspektif berbeda tentang cinta yg banyak terjadi di sekitar kita...

“Ketika sang langit berurai air mata
Taman-taman itu malah tertawa-tawa
Laksana ia bak dirundung cinta
Namun orang-orang manatapnya berselimut duka

Duhai Alam yang menghampar
Mengapa tidak engkau jelaskan kepada hamba Allah itu
Di bawah naungan cinta hatinya terpaku
Di bawah naungan cinta hatinya terpaut
Di bawah naungan cinta hidupnya berserah
Di bawah naungan cinta hidupnya terjebak
Itulah cinta dari pemilik Alam
Allah azza wa jalla, Sang Maha Pemberi Cinta"

Intinya, banyak kesalahan ttg cinta sejati yang menyebabkan insan tsb merintih di balik cinta yang ia genggam...itulah mengapa tipisnya makna antara cinta sejati dan semu...

Semoga kita dan sahabat tidak menjadi orang yg merintih dibalik senyuman......
Karena dibalik cinta terdapat kekuatan besar
Ya Rabb Yang Maha Kuat..
Berikan aku Kekuatan Cinta-Mu, hingga aku benar-benar yakin cinta ini tertancap erat Karena-Mu..


MD & MG

Kamis, 25 Februari 2010

Kisah Seorang Ayah...

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara pasangan-pasangan hidupmu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya harta-harta kamu, dan anak-anak kamu adalah ujian (bagimu); di sisi Allah ada ganjaran (pahala) yang besar” (QS At Taghaabun [64]:14-15)
Seorang ayah itu merintih. Dimasa tuanya, ia merasa tidak bahagia. Anak laki-lakinya yang hanya ia miliki seorang, telah menjadi seseorang yang sangat berbeda dari apa yang ia inginkan dan rencanakan. Dalam hal keduniaan, ia telah banyak ‘memberi’ kepada anaknya itu. Ia telah menyekolahkannya sampai ke negeri seberang benua lain dan mendapat gelar S-2 dari sana. Demikian juga ketika anaknya itu telah mendapat ‘gelar’ nya, ia telah menyiapkan sebuah perusahaan trading tempat anaknya itu akan menjadi pimpinan perusahaan. Latar belakang sang ayah yang pernah menjadi pimpinan puncak sebuah perusahaan negara menjadikan ia sangat dihormati oleh siapapun. Dan ketika ia pensiun beberapa tahun yang lalu, banyak ‘mantan’ mitra kerjanya yang merapat kepadanya untuk mengajaknya membangun usaha bersama. Ia telah memilih salah satu diantaranya demi kelangsungan hidup sang anak lelaki itu. Merekapun bersepakat untuk mendirikan sebuah perusahaan trading commoditas. Selama sang anak belum siap, pimpinan akan dipegang oleh mitranya itu. Sang ayah dan mitranya menyiapkan segalanya dengan sangat rinci dan teliti, termasuk mengirim anaknya untuk training di beberapa negara lain, tempat dimana mitra kerjanya ini memiliki affiliasi usaha.

Tapi semua rencana-rencana itu buyar. Walaupun sang anak patuh ketika sang ayah memintanya untuk bergabung ke usaha ini, sang anak memilih untuk mengundurkan diri beberapa tahun kemudian. Sang anak beralasan, usaha itu bertentangan dengan hati nuraninya dan tidak sesuai syariah. Sang anak lebih memilih untuk menjadi dosen sebuah perguruan tinggi dan memulai usaha kecilnya.

Dalam hati kecil sang ayah, ia ingin anaknya menjadi orang yang ‘berpengaruh’ dan ‘cukup’ seperti dirinya. Ia sadar hidup di dunia ini harus dibangun dengan kerja keras dan keuletan. Sebagai orang yang mempunyai pengalaman dalam menjalani hidup, ia berusaha untuk mengajari sang anak berdasarkan pengalaman hidupnya yang keras dimasa lalu. Dari seorang pegawai rendahan menjadi seorang pimpinan. Dari seorang yang tidak dikenal menjadi seorang yang sangat dihormati.

Dalam hal keyakinan agama, sang ayah telah menerapkan sebuah kehidupan yang religius di keluarganya. Sang Ayah memberi kesempatan kepada anak lelakinya itu untuk belajar agama dari ulama-ulama yang kompeten di kotanya. Anaknya tumbuh menjadi seorang yang berakhlak mulia dan memegang teguh keyakinannya dimanapun ia berada. Tapi ini belum cukup bagi sang ayah, ia ingin lebih dari itu. Ia ingin anaknya meraih sukses di dunia.

Ketika hal ini dikisahkan oleh sang anak kepada hamba itu, ia melihat kisah di atas adalah sebuah 'kisah cinta' dari seorang ayah yang begitu mendalam kepada anak lelaki semata wayangnya. Pengalaman sang ayah yang menjalani sebuah kehidupan dari bawah hingga mencapai puncak dalam hal materi dan kekuasaan menjadikan kehidupan sang anak bagaikan sebuah 'mainan remote control'. Sang ayah yang memegang remote control itu dan si anak hanya patuh mengikuti perintah. Sang ayah, yang atas nama cinta, mengarahkan anaknya untuk menjadi seperti dirinya. Membebaninya dengan beban yang berat dan bisa jadi amat sulit terjangkau bahkan bertentangan dengan bakat dan kecenderungan sang anak. Begitu banyak orangtua modern saat ini, ingin selalu meng-‘intervensi’ seluruh kehidupan anak-anak mereka. Mereka memaksakan pilihannya dalam hal sekolah, jodoh, pekerjaan, bahkan memaksanya menceraikan istri yang amat dikasihi sang anak.

Hamba itu teringat kembali akan sebuah hadish Rasulullah Saw, “Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan menjadi sepertinya. Siapa yang mengembirakan hati anaknya, maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau (bercanda) untuk menyenangkan hati anaknya, maka ia bagaikan menangis karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla” (HR Abu Daud dan At Tirmidzi)

Hadish Rasulullah diatas menjelaskan, “Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan menjadi sepertinya.” Adalah sebuah ungkapan yang amat sederhana yang memiliki arti: keterikatan bathin yang amat dalam agar anak dan orangtua dapat saling memahami, menjadi sahabat dan teman saling bertukar pikiran. Berapa banyak anak-anak kita yang tidak lagi merasakan dapat bermain bersama orangtuanya dan saling memahami karena kesibukan orang tua dalam hal mencari keduniaan?

Seorang ulama berkata, “Cinta kepada anak adalah sebuah hubungan yang sangat mesra antara dua ‘aku’. Kalaulah orang tua memaksakan anaknya menjadi ‘kelanjutannya’ atau ‘sama dengannya’, maka pudarlah cinta. Karena dengan pemaksaan ini, ‘aku’ menjadi satu dan bukan ‘dua’ lagi. Dan hal ini berarti telah membunuh jiwa, perasaan dan kepribadian sang anak.”

Sang ayah dalam kisah diatas, dihari tuanya telah merasakan sebuah kegetiran hidup dan merasa gagal dalam hidup. Seharusnya tidaklah demikian. Ia telah mengajarkan kepada anaknya sebuah kehidupan yang ‘religus’ sehingga anaknya memiliki akhlak mulia dan teguh dalam ketaqwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Walaupun saat ini sang anak, sesuai dengan penuturannya, menjadi seorang manusia kecil, tapi ia banyak memberi kebaikan kepada manusia lain dalam usaha kecilnya itu. Ia terlibat dalam kegiatan dakwah yang mengajak ‘amar makruf nahi munkar bagi komunitasnya dan amat sangat memperhatikan serta mendoakan sang ayah disetiap sujudnya. Bukankah doa seorang anak yang shaleh itu yang akan menyelamatkannya kelak dari segala siksa kubur dan kegetiran hari pembalasan?

Ingatlah sabda Rasulullah saw, “Jika seseorang telah wafat, maka putuslah segala amalnya, kecuali tiga hal: sedeqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.”(HR Muslim).


Penutup dari kisah ini ada pada sebuah peristiwa di zaman Rasulullah Saw. Dalam suatu majelis Rasulullah mengingatkan para sahabat-sahabatnya, “Hormatilah anak-anakmu dan didiklah mereka. Allah ‘Azza wa Jalla memberi rahmat kepada seseorang yang membantu anaknya sehingga sang anak dapat berbakti kepadanya.” Salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara membantu anakku sehingga ia dapat berbakti kepadaku?” Nabi Menjawab, “Menerima usahanya walaupun kecil, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan beban yang berat, dan tidak pula memakinya dengan makian yang melukai hatinya.” (HR Abu Daud)

Diambil dari sebuah artikel :
http://www.facebook.com/inbox/?ref=mb#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1157638342781

MG & MD

iblis yang terpaksa bertamu kepada Rasulullah SAW


Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:

“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”
Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”

“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”

“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”

“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”

“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”

“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”

“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”

“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”

“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”

“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”

“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”

“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”

“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”

“Di bawah kuku manusia.”

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”

“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali:

“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. “

“Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. “

“Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”
Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya

“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”

Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”
Cara Iblis Menggoda

“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah mahluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata – kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalamdirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”
10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT

“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“10 macam”

“Apa saja?”

“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”

Allah berfirman,

“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”

Allah berfirman,

“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).

“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.

Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.

Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”

Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.

Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!

Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.

Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”

Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)

juga membaca,

“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:

“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”

Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.

Kepedulian Sosial dalam Islam


Dalam kesempatan kali ini izinkan saya untuk pertama-tama menyampaikan beberapa kisah yang terjadi pada masa Rasulullah. Boleh jadi sebagian dari kita sudah hafal isi kisah tersebut namun kesibukan sehari-hari membuat kita sejenak terlupa, boleh jadi sebagian dari kita sudah paham betul esensi dari kisah yang akan disampaikan di bawah ini, namun tak ada salahnya untuk sedikit merenungi kembali kisah-kisah ini dan berkaca ke lubuk hati kita. Di bagian lain kita akan lihat sejumlah ayat Qur'an yang berkenaan dengan tema utama kita kali ini.

Kita terbang empat belas abad kebelakang. Di suatu tempat terlihat Rasulullah saw berkumpul bersama para sahabatnya yang kebanyakan orang miskin. Sekedar menyebut beberapa nama sahabat yang hampir semuanya bekas budak, yaitu Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Bilal, Suhayb Khabab bin Al-Arat. Pakaian mereka lusuh, berupa jubah bulu yang kasar. Tetapi mereka adalah sahabat senior Nabi, para perintis perjuangan Islam.

Serombongan bangsawan yang baru masuk islam datang ke majelis Nabi. Ketika melihat orang-orang di sekitar Nabi, mereka mencibir dan menunjukkan kebenciannya. Mereka berkata kepada Nabi, "Kami mengusulkan kepada Anda agar Anda menyediakan majelis khusus bagi kami. Orang-orang Arab akan mengenal kemuliaan kita. Para utusan dari berbagai kabilah arab akan datang menemuimu. Kami malu kalau mereka melihat kami duduk dengan budak-budak ini. Apabila kami datang menemui Anda, jauhkanlah mereka dari kami. Apabila urusan kami sudah selesai, bolehlah anda duduk bersama mereka sesuka Anda."

Uyainah bin Hishn menegaskan lagi, "Bau Salman al-Farisi mengangguku (Ia menyindir bau jubah bulu yang dipakai sahabat nabi yang miskin). Buatlah majelis khusus bagi kami sehingga kami tidak berkumpulbersama mereka. Buat juga majelis bagi mereka sehingga mereka tidak berkumpul bersama kami."

Tiba-tiba turunlah malaikat jibril menyampaikan surat al-An'am [6] ayat 52:

"Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka. Begitu pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu,yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasukorang-orang yang zalim."

Nabi saw segera menyuruh kaum fukara duduk lebih dekat lagi sehingga lutut-lutut mereka merapat dengan lutut Rasulullah saw. "Salam 'Alaikum," kata Nabi dengan keras, seakan-akan memberikan jawaban kepada usul para pembesar Quraisy.

Setelah itu, turun lagi surat al-Kahfi [18] ayat 28:

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."

Sejak itu, apabila kaum fukara ini berkumpul bersama Nabi, beliau tidak meninggalkan tempat sebelum orang-orang miskin itu pergi. Apabila beliau masuk ke majelis, beliau memilih duduk dalam kelompok mereka.Seringkali beliau berkata, "Alhamdulillah, terpuji Allah yang menjadikan di antara umatku kelompok yang aku diperintahkan bersabar bersama mereka. Bersama kalianlah hidup dan matiku. Gembirakanlah kaum fukara muslim dengan cahaya paripurna pada hari kiamat. Mereka mendahului masuk surga sebelum orang-orang kaya setengah hari, yang ukurannya 500 tahun. Mereka bersenang-senang di surga sementara orang-orang kaya tengah diperiksa amalnya."

Sekarang bukalah cermin di hati kita. Tariklah nafas sejenak untuk berkaca ke dalam cermin itu. Apakah kita seperti pembesar Quraisy yang terganggu dengan bau tubuh orang miskin. Apabila tamu datang, kota kita bersihkan dan mereka, kaum fukara, dipinggirkan. Kota baru gemerlap bila mereka disingkirkan. Pemandangan baru indah bila rumah-rumah kumuh digusur. Ah...betapa perilaku kita lebih menyerupai pembesar quraisy daripada perilaku Nabi Yang Mulia.

Dalam kesempatan lain Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh.

Bukalah cermin hati kita lagi. Turunlah kita ke bawah. Tengoklah jutaan tangan yang hitam dan melepuh menunggu uluran kasih sayang kita. Setelah Nabi, adakah di antara kita yang mau mencium tangan orang miskin? Bukankah dengan status yang kita miliki, gelar akademik yang kita raih, kesejahteraan yang kita nikmati, kita merasa jauh lebih pantas bila orang miskin mencium tangan kita. Kalau hati terasa berat, andaikata kultur tak mengizinkan kita berbuat hal itu, manakala ego terasa meningkat, bukankah paling tidak kita ganti rasa hormat yang seharusnya kita berikan dengan kasih sayang pada mereka. Bila Nabi mau mencium tangan mereka, maukah kita untuk paling tidak menyisihkan sebagian rezeki yang kita peroleh sebagai rasa sayang kita pada mereka.

Di atas kita telah mengutip sejumlah kisah dalam hidup Nabi. Bukankah sebagai ummatnya kita telah berikrar untuk menjadikan segala perilaku beliau sebagai contoh teladan (uswatun hasanah). Untuk menguatkan bahwa Islam sangat menonjolkan kepedulian sosial, mari kita buka Al-Qur'an. Bukankah Al-Qur'an adalah rujukan kita yang pertama dalam hidup ini.

1. Surat al-Balad [90] ayat 10 -18
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuhjalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budakdari perbudakan, atau memberi MAKAN pada hari kelaparan (kepada) anak YATIM yang ada hubungan kerabat, atauorang MISKIN yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dansaling berpesan untuk berkasih sayangMereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongankanan"

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa ada dua jalan yang bisa kita pakai dalam memanfaatkan harta kita. Al-Qur'an menyarankan kita untuk mengambil jalan yang sukar dan mendaki, yaitu memerdekakan budak atau memberi makan pada anak yatim atau orang miskin. Allah tidak menjelaskan tentang jalan yang mudah, melainkan memberi contoh jalan yang sukar.

Mengapa disebut jalan yang sukar? karena kebanyakan manusia enggan atau merasa berat atau merasa sukar untuk melakukannya. Bila kita mampu mengalahkan rasa berat dan rasa sukar pada diri kita dalam beramal, maka Allah menjanjikan kita termasuk golongan yang kanan; ahli surga. Bukalah cermin hati kita sekali lagi. Apakah kita merasa sukar untuk beramal pada orang miskin dan anak yatim? Hanya cermin hati yang teramat dalam yang mampu menjawabnya dengan jujur.

2. Surat al-Ma'arij [70] ayat 19-25
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi KIKIR, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan SHALAT, yang mereka itutetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam HARTAnya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin)yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)"

Secara tegas Allah menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu telah menjadi sifat bawaan manusia sejak ia diciptakan. Allah melukiskan sifat manusia dengan sangat baik. Bagi saya pribadi, ayat di atas telah menelanjangi sifat kita. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta kita sering berkeluh kesah, sebaliknya, kalau memiliki banyak harta kita cenderung untuk kikir. Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan (keluh kesah & kikir) kita tersebut tidak menjelma atau dapat kita padamkan.

Allah menyebutkan, paling tidak, dua jalan. Pertama, mengerjakan sembahyang secara kontinu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin. Dua resep ini insya Allah akan mampu memadamkan sifat keluh kesah dan sifat kikir yang kita miliki.

Sekali lagi, bukalah cermin hati kita. Tahanlah nafas kita untuk sejenak. Tidakkah kita rasakan bagaimana Allah menyinggung perilaku buruk kita dalam ayat-ayat-Nya yang suci. Subhanallah....

3. Surat al-Qalam [68] ayat 17-33
"Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilikkebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil) nya di pagi hari, dan merekatidak mengucapkan : insya Allah

Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur, maka jadilah kebun ituhitam seperti malam yang gelap gulita, lalu mereka panggil memanggil di pagi hari

"Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya."

Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan. "Pada hari ini janganlah ada seorang MISKINpun masuk ke dalamkebunmu." Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal merekamampu (meonolongnya),

Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar oarng-orang yang sesat (jalan),bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)"

Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu,hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?"

Mereka mengucapkan: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim."

Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela mencela Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita;sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan gantikepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita"

Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui"

Sekelompok ayat di atas menceritakan sebuah kisah nyata yang terjadi sebelum masa Rasulullah. Kisah pemilik kebun di atas melukiskan dengan sangat baik betapa harta manusia itu tak ada artinya dibandingkekuasaan Allah. Kebun yang sudah sekian lama diurus dan tinggal sekejap mata saja untuk dipetik hasilnya menjadi musnah terbakar. Apa kesalahan pemilik kebun tersebut sehingga mendapat azab sedemikian rupa?

Pertama, mereka lupa bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu. Ini dilukiskan dalamayat di atas ketika mereka tidak menyebut insya Allah; mereka merasa pasti akan meraih hasil yang luar biasa. Mereka lupa bahwa sedetik kedepan kita tak tahu apa yang terjadi dengan hidup kita. Kita tak tahu "skenario" Allah terhadap diri kita.

Kedua, mereka bersifat kikir. Mereka sudah bersiap-siap agar orang miskin tak bisa masuk ke kebun mereka saat panen tiba. Allah murka pada mereka. Allah turunkan azab-Nya pada mereka. Di akhir ayat Allah mengingatkan bahwa azab yang Allah timpakan pada pemilik kebun hanyalah azab dunia; sedangkan azab akherat jauh lebih besar lagi!

Cermin hati kita mengatakan bahwa agar tidak tertimpa azab Allah di dunia, manakala kita memiliki kelebihan rezeki maka janganlah sungkan untuk memberi sebagian pada orang miskin. Cermin hati telah berkata, mampukah kita melaksanakan kata-hati kita?

Kalau Allah mampu memusnahkan dengan amat mudah kebun yang siap dipanen, jangan-jangan Allah pun akan memusnahkan sumber penghasilan kita, bila kita berlaku kikir! Na'udzu billah...

Anak Anda bukanlah Anak Anda...


Assalamu'alaikum Wr Wb

"Pola pengasuhan", seberapa banyak dari para orang tua ataupun calon orang tua yang memahami dan sadar akan pentingya pola pengasuhan ??? Mungkin para orang tua kita dahulu mendidik hanya mengikuti nalurinya saja atau mendidik anak untuk menjadi seperti dirinya. Padahal setiap manusia itu unik, setiap manusia itu berhak menentukan langkahnya dan bertanggung jawab atas itu. Apalagi jika sang anak adalah seorang laki-laki, karena dia adalah calon pemimpin ummat. Sungguh betapa gembira dan bahagia ketika keluarga kita, kedua orang tua kita memahami betul tentang pribadi kita.


"Anak Anda bukanlah anak Anda.
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang merindukan diri sendiri.
Meskipun datang melalui Anda namun bukan dari Anda.
Anda mungkin memberi mereka cinta, namun tidak pikiran Anda.
Karena mereka memiliki pikirannya sendiri."
"Tubuh mereka mungkin ada dirumah Anda, namun tidak jiwa mereka.
Karena jiwa mereka tinggal dalam rumah masa depan, yang tidak dapat Anda kunjungi bahkan tidak dalam mimpi Anda.
Anda boleh berusaha menjadi seperti mereka, namun jangan berusaha membuat mereka seperti Anda.
Anda adalah busur dari mana anak-anak Anda ditembakkan sebagai anak panah yang hidup.
Relakan diri anda melengkung ditangan pemanah demi kegembiraan."
-Kahlil Gibran, Sang Nabi.


Sore ini ditemani alunan lagu Ari lasso “Cintailah aku sepenuh hati” seakan-akan membuat fikiran ini terbang dan meresapi lagu ini. Saking hanyutnya aku dengan alunan lagu ini, membuat aku ingat pada orang-orang tersayang disekelilingku…

“Di dalam hatimu
T'lah aku temukan
Arti kebahagian

Bersama dirimu
Aku merasa berarti

Sanggupkah dirimu
Untuk bertahan
Hingga waktu tak berjalan

Mencintaiku
Walau bintangku tak terang

Reff:
Cintailah aku sepenuh hati
Sesungguhnya aku
Tak ingin kau pergi
Takkan mampu ku hadapi dunia ini

Betapa hidupku takkan pernah sama
Bila kau tinggalkan ku
Tetaplah disini saling memiliki
Selama-lamanya”

Aku sebagai anak, ingin mempersembahkan lagu ini untuk semua orang tua di bumi…”Karena itu Cintailah kami sepenuh hati”…
Dan lagu tsb cukup apik jika di kolaborasikan dengan deretan puisi dibawah ini …


Apa yang anak-anak ingin orang tuanya tahu

Ajari aku untuk mencintai dan menyayangi diri sendiri
Lewat kehidupan yang positif
Aku akan belajar dari semua tindakanmu
Dan tumbuh dengan memiliki perhatian yang baik.

Perhatikan aku selalu,
Bergembiralah atas kehadiranku.
Aku akan tumbuh dengan mengetahui bahwa aku istimewa
Dan membantu orang lain merasakan hal yang sama

Dengarkan aku dengan empati,
Miliki hati yang terbuka dan penyayang.
Aku akan tahu bahwa aku dilihat dan didengar,
Dan tumbuh menjadi pendengar yang baik.

Seringlah tertawa dan bergembira bersamaku,
Jadilah penyayang setiap hari.
Aku akan bermain dan menikmati hidupku,
Dan membawa lebih banyak kebahagiaan kepada sesama.

Akuilah diriku selalu,
Dan katakana ketika kau menghargai aku.
Aku akan tahu bahwa aku berharga,
Dan belajar mengakui orang lain.

Ajari aku disiplin,
Dan perbaiki aku dengan kelembutan.
Akan aku jalani hidup dengan penuh martabat,
Dengan rasa bangga terhadap harga diri.

Berilah aku ruang untuk tumbuh,
Untuk melakukan kesalahan dan berpendapat.
Aku akan belajar mandiri,
Dan mempercayai penilaianku sendiri.

Tetapkanlah minat untuk belajar,
Dan ikutilah impianmu.
Aku akan mengikuti semangatmu,
Dan terinspirasi untuk melakukan hal yang sama.

Jujur dan tuluslah,
Serta jalani nilai-nilai tertinggi dalam hidupmu.
Aku akan belajar dari pengalamanmu,
Dan tumbuh dengan rasa integritas.

Ajari aku untuk melayani,
Dan menghormati perbedaan dengan orang lain.
Aku akan belajar bermurah hari,
Dan merangkul semua jalan kehidupan.

Fokuslah pada apa yang berjalan dengan benar,
Dan miliki kepercayaan di saat-saat sulit.
Aku akan belajar menjadi optimis,
dengan bersyukur setiap hari.

Cintailah aku dengan tulus, disaat suka dan dukaku.
Aku akan tahu bahwa aku dicintai,
Dan membawa lebih banyak cinta kepada dunia
-Diana Loomans & Julia Godoy-

"MG & MD"

MOTIVASI


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Judul yang menarik bagi yang memang suka dengan dunia "People Development". Artikel ini aku kutip dari sebuah milis, dan kalau gak salah udah di publish di sebuah media besar tanah air. Semoga bermanfaat...

Banyak orang setuju bahwa motivasi itu bagai misteri. Kita pun sering tidak mengenal penuh motivasi dalam diri kita. Apa yang membuat saya bersemangat. Apa yang membuat saya melompat dari tidur saya di pagi hari. Apa yang membuat saya ceria mengerjakan sesuatu walaupun badan lelah. Beberapa teori utama yang membahas kebutuhan manusia juga seringkali bisa tidak relevan dengan motivasi orang bekerja di masa sekarang. Betulkah untuk merangsang para salesman diperlukan "upah komisi" tok? Apakah seorang salesman tidak punya keinginan berprestasi sendiri, menghargai dirinya serta mencintai pekerjaannya? Betulkah aktualisasi diri tergolong kebutuhan yang terakhir hierarkinya dan baru muncul sesudah kebutuhan lain terpenuhi? Apakah tidak ada diantara kita, orang yang sangat bersemangat melakukan sesuatu atau menjual produk tanpa terlalu hitung-hitungan mengenai berapa imbalan yang ia dapat? Bukankah kita melihat bahwa banyak sekali orang, demi "passion"-nya juga tidak menunggu sandang-pangan-papan-nya cukup, untuk menghasilkan karya-karya yang hebat? Bukankah para anggota pasukan khusus tentara juga tidak menunggu jaminan kesejahteraan sebelum berjuang dengan motivasi "all out" membela negara? Sebaliknya, kita juga banyak melihat gejala di mana individu yang mendapatkan gaji yang relatif cukup malah tidak tergerak mengejar target. Dengan kata lain, berhenti di kepuasan fisik dan rasa aman saja.

Memang ada orang dan tim yang tidak mementingkan untuk menghidupkan motivasinya secara optimal, bahkan mungkin tidak merasa bahwa motivasi itu penting. Namun, dalam tuntutan situasi seperti sekarang, sulit dibayangkan bila individu, tim dan perusahaan, hanya mengandalkan kekuatan pikir dan fisik saja. Kreativitas dan value adding mustahil berkembang jika tidak didukung motivasi individu dalam kelompok atau organisasi. Bahkan, nilai motivasi bisa jadi lebih besar pengaruhnya terhadap keberhasilan, daripada nilai kompetensi lainnya. Mungkin ini sebabnya instansi pemerintah pun mulai memperhitungkan motivasi pegawai negeri dalam pengembangan sumber dayanya.

Tumbuhkan Sense of Progress
Seorang ahli manajemen membuat penelitian terhadap 12000 karyawan, yang terdiri dari pekerja kasar sampai pada para eksekutif. Ia menemukan sense of progress sebagai hal yang paling membuat karyawan ingin maju dan berprestasi ketimbang faktor lain, seperti suport internal, teknikal serta kolaborasi tim. Mungkin ini juga alasan bahwa perusahaan perusahaan servis yang mengandalkan antusiasme karyawannya mengumumkan secara terbuka pencapaian penjualan hariannya, agar setiap karyawan jelas merasakan
milestone perusahaan, sedang maju, jalan di tempat atau mengalami penurunan.

Bagaimana dengan pekerjaan yang dianggap rutin dan sulit diukur kemajuannya? Seorang karyawan bisa saja mengatakan ?Dari tahun ke tahun, saya menyajikan laporan keuangan bulanan terus. Pekerjaan saya memang
itu-itu saja. Bayangkan betapa sulitnya menjaga motivasi teman kita ini. Dan bayangkan betapa orang semacam ini cepat berkarat dan tua sebelum waktunya. Untuk pekerjaan-pekerjaan rutin jalan terbaiknya adalah memberi perasaan pada teman-teman kita ini bahwa kesempatan belajar selalu ada. Pertanyaan atau bahkan berbagai tantangan bisa kita berikan seputar pekerjaannya, sehingga setiap individu merasakan "progress" belajar dalam dirinya.

Genggam Passion
Tidak jarang kita temui orang yang sangat pe-de, tapi tidak terlihat antusias. Professional yang berbakat dan trampil sekalipun bisa saja tidak bersemangat. Teman saya seorang pemain bola basket yang berbakat, terpaksa harus menghentikan karirnya sebagai pemain nasional, setelah menemukan bahwa kedua belah kakinya tidak sama panjang. Teman kita yang seharusnya jatuh mentalnya ini, ternyata tidak jadi kehilangan semangat, bahkan akhirnya merintis karirnya menjadi pelatih. "Saya tidak pernah lepas menggenggam basket". Mengapa harus berhenti? kata teman kita ini.

Kita tahu bahwa hambatan dan kendala pasti dihadapi setiap orang dan terkadang bisa menjatuhkan mental. Namun, sepanjang individu punya kecintaan dan minat yang kuat terhadap substansi tertentu, ia senantiasa
bisa menemukan jalan untuk membakar antusiasmenya terus-menerus dan tidak berhenti berkarya. Teman kita ini juga menambahkan, Fokus pada diri sendiri tidak boleh terlalu berlebihan, karena situasi seperti ini membuat kita tidak bisa memperhatikan dan bekerja untuk orang lain di sekitar kita. Ya, mana mungkin kita mengeluarkan prestasi terbaik, jika tujuan kita semata untuk kepentingan pribadi Dengan memperluas minat dan kepedulian pada keadaan di sekitar kita dan kebutuhan orang lain, sumber energi kita tentu akan terus terisi, bahkan bertambah besar.

Motivasi itu Dinamis
Orang yang malas sering kita sebut sebagai orang yang tidak punya motivasi. Dengan pandangan ekstrem seperti ini, kita seakan punya beban berat jika diberi tugas untuk menanamkan motivasi dalam diri seseorang atau sebuah tim. Sebaliknya, kalau kita membayangkan bahwa motivasi itu bagaikan sebuah sumber energi dalam tubuh kita, kita bisa melihat bahwa motivasi akan selalu ada dalam diri tiap orang. Ada orang yang sumber energinya kuat, ada yang sumber energinya lemah. Ada orang yang mampu konsisten menjaga sumber
energinya tinggi, namun ada juga yang grafik energi-nya naik-turun.

Hal yang magic adalah bahwa bahwa energi yang kuat dari seseorang, bisa menular pada orang lain. Kita tahu bahwa hawa bersemangat dari seorang pemimpin bagaikan virus yang bisa segera menyebar, membuat orang lain merasa ringan dalam bekerja, bahkan membuat tim jadi kuat mendobrak dan mendorong hasrat pemecahan masalah kreatif. Jadi, sebetulnya tidak sulit juga membawa organisasi pada suasana motivasional. Dengan meng-enjoy pekerjaan kita, melihat kekuatan tim dan berpikir positif, mengajak teman-teman untuk selalu berpikir maju, pastinya hawa tim akan berubah dan bisa segera mengangkat energi dari orang-orang lain disekitar kita juga. Motivasi itu dinamis, mengalir dan bergerak. Tantangan pun tidak usah dicari-cari lagi jika kita terbiasa berkomunikasi efektif, sehingga kritik dan evaluasi bisa terus masuk. Sebagaimana sering kita baca: Motivation requires a delicate balance of communication, structure, and incentives.

Assalamu'alaikum


Assalamu'alaikum Wr. Wb

yup, inilah kata pertama yang harus kuucapkan sebagai seorang muslim ketika saling menyapa.

Sebenarnya sudah lama keinginanku menulis lagi dalam sebuah blog, sayang beribu sayang, semuanya tertunda karena memang diri sendiri yang tidak meluangkan waktu, walau hanya sekedar membuat blog. hufff dasar manusia yang selalu menunggu waktu yang tepat, tapi tidak pernah berusaha membuat sendiri waktu yang tepat...

Mudah-mudah niat ini bisa istiqomah, dan memenuhi blog ini dengan tulisan-tulisan bermanfaat untuk diri pribadi dan orang lain...

BISMILLAH...