Kata Mutiara

 "Sesungguhnya jika kita berbuat kebaikan, Kita BUKAN hanya sedang membantu orang atau mahkluk lain, Namun sesungguhnya kita sedang membantu diri kita sendiri agar menjadi lebih bahagia. Temukan kebahagiaan dengan memberi ", bila hati gembira segala penyakit akan berdiri jauh dari kita.

Sabtu, 12 Juni 2010

Hati yang Takut..


“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka adalah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat kembali orang-orang yang zalim” (QS Ali Imran [3]: 151)

Konflik itu terus terjadi. Bagai sebuah perjalanan yang melelahkan dan tiada batas henti yang pasti. Sebuah pertanda akhir zaman yang telah diilustrasikan oleh Rasulullah Saw. Perang antara kebathilan dan kebenaran….Perang antara keadilan dan kezaliman…yang saat ini kita saksikan.

Seorang teman mengirim pesan pendek pagi ini, “Mari kita kutuk Israel biadab….” Sebuah pesan yang mengobarkan semangat jihad yang bisa dikatakan amat menggemuruhkan hati yang sedang pilu ini. Hanya terucap satu di lisan ini yang terkandung dalam QS 3:173:
“Hasbunallahu wa ni’mal wakil…Cukuplah Allah menjadi penolong, dan Allah sebaik-baik pelindung…”

Kadang seribu satu pertanyaan terlintas dibenak yang teramat dangkal ini: “Kenapa konflik ini tidak berakhir juga? Kenapa Allah tidak memenangkan agama-Nya yang mulia ini dan meluluh lantakkan segala apa yang dilakukan oleh orang kafir itu?”

Pada QS Ali Imran ayat 151 diatas Allah memilih kata “Kami” daripada “Aku” bukannya tanpa sebab. Sesuatu yang berarti jamak dan bukan tunggal. Allah menyebut diri-Nya jamak yang memberi pemahaman kepada kita bahwa Allah tidaklah bertindak sendiri untuk membuat hati orang-orang kafir itu menjadi takut. Ada keterlibatan para malaikat disini yang bisa jadi selalu membuat pandangan orang-orang kafir itu menjadi sempit dan dibayangi kegelisahan. Dan juga ada keterlibatan hamba-hamba-Nya yang nyata menjadikan mereka takut. Hal ini disebabkan hamba-hamba-Nya itu dengan semangat jihad (baca: kecintaan kepada Allah) sanggup melakukan apa saja demi untuk menegakkan syiar agama Allah dimuka bumi ini. Mereka tidak peduli jika harus mengorbankan jiwa dan raganya.

Hamba itu mencoba memahami. Demikianlah memang adanya kehidupan di dunia ini. Konflik antara kebenaran dan kebathilan adalah sebuah keniscayaan....Tidak akan pernah selesai sampai di akhir zaman kelak (dalam beberapa hadish yang shahih disebutkan) dajjal dan nabi Isa as akan berhadap-hadapan untuk saling menaklukkan.

Untuk sementara, konflik ini akan terus ada. Di satu sisi hamba-hamba Allah akan terus mengobarkan semangat jihad demi tegaknya syiar agama Allah yang berupa kebenaran dan keadilan (amar ma’ruf nahi munkar). Sementara disisi yang lain orang-orang kafir (baca: pro zionisme) akan terus meninginkan syiar agama Allah ini bengkok dan dipenuhi dengan ketimpangan demi melenggengkan kekuasaan dan jati diri mereka. Allah Azza wa Jalla tidak pernah berdiam diri. Melalui para malaikat-Nya dan hamba-hamba-Nya, Dia selalu menanamkan ketakutan itu pada hati mereka. Bukankah sebuah hati yang selalu dipenuhi dengan ketakutan yang tak berujung dan kegelisahan yang tidak pernah memudar adalah sebuah "siksaan" yang nyata?

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf (baik) dan mencegah dari yang munkar (buruk), dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab itu beriman, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran [3]:110)

Wallahu a’lam Bissawab

Tidak ada komentar: